Musa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Musa (
bahasa Ibrani:
מֹשֶׁה, Standar Mošé Tiberias Mōšeh;
bahasa Arab:
موسى,
Mūsā;
bahasa Ge'ez: ሙሴ
Musse) (lahir di Mesir, ~
1527 SM – meninggal di Gunung Nebo, dataran Moab, tepi timur Sungai Yordan, ~
1407 SM pada umur 120 tahun) adalah seorang
pemimpin dan
nabi orang Israel yang menyampaikan
Hukum Taurat dan menuliskannya dalam
Pentateveh/Pentateukh (Lima Kitab Taurat) dalam
Alkitab Ibrani atau
Perjanjian Lama di
Alkitab Kristen. Ia ditugaskan untuk membawa
Bani Israil (
Israel) keluar dari Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31 buku di
Alkitab Terjemahan Baru[10] dan 136 kali di dalam Al-Quran.
Keluarga
Musa adalah anak
Amram bin
Kehat bin
Lewi, anak
Yakub bin
Ishak. Ia diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 SM. Ia memiliki 2 orang anak (
Gersom dan
Eliezer) dari istrinya, Zipora. Ia wafat di Tanah Tih (Gunung Nebo) sekitar sebulan sebelum bangsa Israel memasuki tanah
Kanaan setelah 40 tahun mengembara di padang gurun sesudah
keluar dari Mesir.
Pandangan Yahudi dan Kristen
Musa adalah seseorang yang diutus oleh Allah untuk pergi membebaskan
bangsa Israel dari perbudakan Mesir, dan menuntun mereka pada tanah
perjanjian yang dijanjikan Allah kepada
Abraham, yaitu tanah Kanaan.
Musa harus melewati berbagai macam rintangan sebelum akhirnya
benar-benar menerima mandat sebagai orang yang diutus oleh Allah untuk
membebaskan bangsa Israel, misalnya: hampir dibunuh ketika ia masih
bayi, dikejar-kejar oleh Firaun, sampai harus menjalani hidup sebagai
gembala di tanah Midian selama 40 tahun. Itu semua diijinkan Tuhan untuk
membentuk karakternya, sampai akhirnya Malaikat TUHAN menampakkan diri
kepadanya dalam peristiwa semak duri yang menyala, tetapi tidak dimakan
api.
[11]
Ketika Musa sudah menerima mandat untuk membebaskan bangsa Israel,
kuasa Tuhan mulai menyertai Musa, ditandai dengan adanya mujizat-mujizat
yang diadakan oleh Tuhan melalui Musa, baik ketika masa pembebasan
Israel dengan tulah-tulah, maupun ketika masa perjalanan bangsa Israel
ke Kanaan.
Pada akhirnya, Musa tidak sampai memimpin bangsa Israel masuk ke tanah
Kanaan, oleh karena kesalahan perkataan Musa di
Mara yang disebabkan oleh betapa pahit hati Musa menghadapi orang Israel. Musa hanya mengantarkan orang Israel sampai ke tepi timur
sungai Yordan, sebelum menyeberang ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan tersebut. Musa akhirnya digantikan oleh abdinya yang setia yaitu
Yosua bin Nun, yang akhirnya berhasil memimpin bangsa Israel masuk dan menduduki tanah Kanaan.
Garis waktu kehidupan
Musa adalah sebagai berikut:
- Musa dilahirkan ratusan tahun setelah Yusuf meninggal, di dalam pemerintahan Firaun.
- Musa berasal dari suku Lewi.
Etimologi Nama
Menurut
Kitab Keluaran, nama Musa (Mošeh משה) berarti "diangkat dari air" dari akar kata
mšh משה "mengangkat, menarik ke luar", menurut
Keluaran 2:10:
- Putri Firaun ... menamainya Musa (משה), sebab katanya: "Karena aku telah menariknya (משיתהו) dari air."[12]
Nama "Musa" ini dapat mengindikasikan bentuk pasif "ditarik keluar",
yaitu "dia yang ditarik keluar", tetapi juga ada yang melihat dalam arti
aktif, yaitu: "ia yang menarik keluar" dalam arti "Juruselamat" (
bahasa Latin:
Soter;
bahasa Inggris:
saviour, deliverer).
[13] Bentuk nama yang tertulis dalam
Teks Masoret sesungguhnya merupakan bentuk aktif partisipel dalam tata
bahasa Ibrani.
[14] Sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M,
Flavius Yosefus
(37-100), berpendapat bahwa nama ini diambil dari etimologi Mesir. Ini
didukung oleh sejumlah pandangan sarjana yang menunjukkan turunan dari
istilah
bahasa Koptik mo yaitu "air" dan
`uses "menolong, menyelamatkan", memberi arti "diselamatkan dari air".
[15]
Pandangan lain mengkaitkan nama Musa dengan kata Mesir kuno
ms -- artinya "lahir" atau "anak; keturunan" atau "pemberian" -- yang ditemukan dalam nama-nama "
Thut-mose", "anak dari (dewa)
Thoth") dan "
Ra-messes", yang berarti "anak yang diberi oleh (dewa)
Ra.
[12][16]
- Dari antara orang-orang Aram
dan Neo-Hitit, penduduk di Sam'al Utara, Yahudi, menyebutkan bahwa ada
jejak-jejak kebudayaan nenek moyang pahlawan Moschos, menunjuk kepada
pahlawan Yunani Mopsus (berarti "anak sapi") yang memiliki beberapa kesamaan dengan Musa. [17] Kesamaan-kesamaan ini hanya berkisar pada kedekatan lokasi dan kemiripan nama.
Latar Belakang Kelahiran
sumber:
Kitab Keluaran pasal 1
Sebelum bangsa Israel diperbudak, mereka hidup senang di tanah Mesir,
yaitu selama bangsa Mesir berada di bawah pemerintahan Yusuf. Yusuf
adalah seorang putra Israel yang dijual ke tanah Mesir oleh
saudara-saudaranya oleh karena iri hati. Namun berkat pertolongan Tuhan,
Yusuf dapat melalui banyak penderitaan dan pada akhirnya menjadi
penguasa nomor dua di Mesir, hanya setingkat langsung di bawah Firaun
yang waktu itu berkuasa. Firaun memberikan kuasa dan kepercayaan penuh
kepada Yusuf untuk melakukan apapun yang dianggap Yusuf baik bagi Mesir.
Kemudian Yusuf memboyong keluarganya, yaitu
Yakub
(yang juga disebut Israel), ayahnya, beserta seluruh keluarga
saudara-saudaranya, pindah ke tanah Mesir, karena di Kanaan tempat
keluarganya tadinya berdiam terjadi kelaparan hebat. Itulah awal mulanya
bangsa Israel dapat tinggal di Mesir.
Lama setelah Yusuf meninggal, kemudian bangkitlah seorang raja baru
memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf (tidak ingat lagi jasa
Yusuf bagi tanah Mesir). Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: "Bangsa
Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita.
Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka
jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan
bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari
negeri ini."
[18]
Oleh karena itu, raja (
Firaun) itu dan rakyatnya melakukan sejumlah tindakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Israel:
- Pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka
dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota
perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.[19]
Namun segala hal tersebut ternyata tidak dapat menekan angka
pertumbuhan penduduk Israel. Makin ditindas, makin bertambah banyak dan
berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.[20]
- Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan
memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan
tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya
segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka
itu.[21]
- Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong
perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua,
katanya: "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin,
kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu
harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup."
Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang
dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.
Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka:
"Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?" Jawab
bidan-bidan itu kepada Firaun: "Sebab perempuan Ibrani tidak sama
dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang,
mereka telah bersalin." Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu;
bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda. Dan karena
bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga.[22]
- Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah
segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil;
tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup."[23]
Silsilah
Menurut catatan
Alkitab, silsilah keluarga Musa dari
Lewi adalah sebagai berikut:
Kelahiran dan Masa Muda
sumber:
Kitab Keluaran pasal 2
Musa adalah putra
Amram bin
Kehat dan
Yokhebed, istrinya. Yokhebed dan Kehat adalah anak-anak
Lewi. Musa memiliki dua orang kakak, yaitu
Miryam dan
Harun.
- Setelah melahirkan Musa, Yokhebed melihat, bahwa anak itu cantik ("ia elok di mata Allah"[24]), disembunyikannya 3 bulan lamanya di dalam rumah.[24]
Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu
diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter,
diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di
tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; kakaknya perempuan (Miryam) berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.[25]
- Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang
dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah
olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya
perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu,
dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya
dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."[26]
- Lalu bertanyalah Miryam, kakak anak itu, kepada puteri Firaun: "Akan
kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan
Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" Sahut puteri Firaun
kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil Yokhebed, ibu
bayi itu. Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi
ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu."
Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. Ketika anak
itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya
menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah
menariknya dari air."[27][28] Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.[29]
Masa Dewasa
Ketika Musa berusia 40 tahun,
[30]
ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa
mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang
dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh ke sana sini dan ketika
dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan
disembunyikannya mayatnya dalam pasir.
[31]
Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai
dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti.
[32]
- Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani
tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau
pukul temanmu?" Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau
menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh
aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi
takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan." Ketika
Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh
Musa.[33][34]
- Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian,[35]
lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur. Adapun imam di Midian itu
mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi
palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya. Maka
datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit
menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka.[36]
- Ketika mereka sampai kepada Rehuel,
ayah mereka, berkatalah ia: "Mengapa selekas itu kamu pulang hari ini?"
Jawab mereka: "Seorang Mesir menolong kami terhadap gembala-gembala,
bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing
domba." Ia berkata kepada anak-anaknya: "Di manakah ia? Mengapakah kamu
tinggalkan orang itu? Panggillah dia makan."[37]
- Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu Rehuel memberikan Zipora, anaknya, kepada Musa. Perempuan itu melahirkan 2 anak laki-laki,[35] maka Musa menamainya yang sulung Gersom, sebab katanya: "Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing."[38][39]
dan yang seorang lagi bernama Eliezer, sebab katanya: "Allah bapaku
adalah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun."[40]
Kembali ke Mesir untuk memimpin Israel
Selama tinggal di Midian, Musa biasa menggembalakan kambing domba
Yitro, mertuanya, imam di Midian. Suatu waktu, ia menggiring kambing
domba itu ke seberang padang gurun, sampai ke "gunung Allah", yakni
gunung Horeb.
[41] Waktu Musa sampai ke gunung Horeb itu, ia telah berdiam di Midian selama 40 tahun.
[42]
Sesampainya di sana, malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam
nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah:
semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Dari
semak duri berapi itu Allah berbicara kepada Musa. Allah mengutus Musa untuk menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan.
[43] Musa pun kembali ke Mesir untuk meminta Firaun melepaskan bangsa Israel dengan ditemani Harun, abangnya.
[44]
Firaun tidak bersedia melepaskan bangsa Israel karena hatinya
dikeraskan oleh Allah untuk menunjukkan kuasa Allah kepada manusia.
Akhirnya Allah menimpakan
sepuluh tulah kepada bangsa Mesir yang puncaknya diperingati oleh bangsa Yahudi sebagai hari raya
Pesakh atau pelepasan (
Paskah zaman
Perjanjian Lama menurut orang
Kristen) dimana Firaun menyerah dan membiarkan bangsa Israel pergi. Pada hari itu yaitu tanggal 15 bulan Nisan (~
25 April 1446 SM[45]) bangsa Israel dibawa oleh Musa ke luar dari Mesir.
[46]
Membawa Israel keluar dari Mesir
Musa memimpin bangsa Israel dari Mesir menuju tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madunya, yaitu
tanah Kanaan. Ketika mulai
keluar dari Mesir, sang Firaun mengubah pikirannya dan mengejar kembali orang Israel. Musa kemudian membelah
Laut Merah sehingga rakyat Israel yang hampir terkejar
dapat menyeberang
dan kemudian Musa menenggelamkan para pengejar yang berusaha menangkap
kembali orang Israel. Selama perjalanan, bangsa Israel terus mengeluh
dan mencobai Allah sehingga Allah marah dan menghukum Israel mengembara
di padang pasir 40 tahun.
[47]
Musa menerima
Sepuluh Perintah Allah di bukit
Sinai, dan menerima peraturan-peratuan peribadatan dan hukum-hukum sipil yang dilakukan oleh bangsa Israel hingga hari ini.
[48] Allah dengan perantaraan Musa melakukan banyak mujizat kepada bangsa Israel yang tidak percaya seperti memberikan
manna,
air, dan burung puyuh untuk menjadi makanan pokok orang Israel selama
di gurun sehingga mereka tidak kelaparan maupun kehausan. Setelah 40
tahun lamanya memutari jazirah Arab, bangsa Israel sampai ke tanah
Kanaan, namun Musa dilarang Allah untuk memasukinya, karena pernah
berdosa kepada-Nya.
[49]
Kematian Musa
Sebelum matinya, naiklah Musa dari dataran
Moab ke atas gunung
Nebo, yakni ke atas puncak Pisga, (di sisi timur
sungai Yordan) yang di tentangan
Yerikho, lalu TUHAN memperlihatkan kepadanya seluruh negeri itu.
[50]
- Dan berfirmanlah TUHAN kepadanya [Musa]: "Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub;
demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu. Aku
mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak
akan menyeberang ke sana."[51]
Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai
dengan firman TUHAN. Dan dikuburkan-Nyalah dia [Musa] di suatu lembah di
tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu
kuburnya sampai hari ini.
[52]
Kepemimpinan Musa selanjutnya digantikan oleh
Yosua bin Nun, seorang jenderal yang takut akan Tuhan.
[53]
Pelayanan
Selama hidupnya, Musa melakukan berbagai fungsi pelayanan, antara lain:
Penulis
Musa merupakan penulis (atau penyusun bahan) dari 5 kitab pertama dari
Alkitab Ibrani atau
Perjanjian Lama di
Alkitab. Kitab-kitab tersebut dalam Alkitab
bahasa Indonesia diberi judul:
Kejadian,
Keluaran,
Imamat,
Bilangan, dan
Ulangan. Kitab-kitab tersebut kemudian dikenal di kalangan orang Yahudi dengan nama
Taurat,
karena di dalam kitab-kitab tersebut terkandung banyak sekali
perintah-perintah yang disampaikan oleh Tuhan kepada Musa untuk bangsa
Israel.
[54] Musa juga menggubah sebuah
mazmur, yang termasuk dalam kumpulan
Kitab Mazmur, yaitu
Mazmur 90.
[55]
Hakim
Musa mengatur kehidupan seluruh umat Israel, dan menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang ada di dalam bangsa Israel. Namun semakin
lama permasalahan itu semakin banyak, dan Musa harus menangani
permasalahan seluruh bangsa Israel yang mengantri untuk diselesaikan
permasalahannya dari pagi hingga malam hari. Atas saran
Yitro
mertuanya, Musa mengangkat pemimpin-pemimpin atas bangsa itu untuk
menangani perkara-perkara yang kecil-kecil, sehingga Musa hanya
menangani masalah-masalah yang cukup besar saja.
[56]
Pembuat Tabut Perjanjian
Musa, atas perintah Tuhan, membuat tabut perjanjian dan kemah suci,
di mana di dalam tabut perjanjian itu terletak dua loh batu yang berisi
sepuluh perintah Allah. Dalam pembuatan itu, Musa dibantu oleh
Bezaleel bin Uri bin Hur dari kaum
Yehuda dan
Aholiab bin Ahisamakh dari suku
Dan. Mereka berdua adalah orang-orang yang diperlengkapi Tuhan dengan keahlian.
[57]
Peran
Di dalam
Alkitab,
Musa merupakan seseorang yang diutus oleh
Tuhan untuk membebaskan bangsa
Israel dari perbudakan
Mesir dan menuntun
Israel menuju tanah perjanjian, yaitu tanah
Kanaan.
Musa juga berperan untuk menguak sisi-sisi pribadi Allah, yang pada
zaman orang Israel dianggap sebagai Pribadi yang menakutkan dan
cenderung untuk menghukum. Musa menunjukkan bahwa bahkan pada zaman itu
pun Musa dapat bergaul karib dengan Tuhan, bahkan sampai disebutkan
berbicara berhadap-hadapan muka dengan Allah seperti sepasang sahabat.
[58]
Musa juga mengajarkan bagaimana untuk menjadi seorang pemimpin yang
penuh belas kasihan terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Di dalam
banyak kesempatan ketika orang Israel memberontak, Tuhan sudah
"menawarkan" kepada Musa untuk mengambil jalan pintas, yaitu dengan
Tuhan memberantas seluruh orang Israel, dan akan menjadikan dari Musa
seorang, suatu keturunan, bangsa yang besar. Namun Musa belajar untuk
tidak mementingkan dirinya sendiri, dan memperjuangkan orang Israel di
hadapan Tuhan.
[59]
Namun Musa juga mampu marah bila saatnya tepat. Musa sungguh-sungguh
marah kepada orang Israel ketika orang Israel, bahkan sampai Harun,
kakaknya, berbuat dosa dengan menyembah patung Lembu Emas, sementara
Musa sedang naik ke gunung Sinai untuk mendapatkan petunjuk dari Tuhan
untuk bangsa Israel.
[60]
Gambar
Pandangan Islam
Musa mendapat julukan
Kalim Allah (
كليم الله,
Kalimullah)
yang artinya orang yang diajak bicara oleh Allah. Bahkan tidak jarang
dia berdialog dengan Allah, dialog antara seorang hamba yang sangat
dekat dengan Sang Kekasih Yang Maha Pengasih.
[61]
Genealogi
Musa bin
Imran bin Fahis bin 'Azir bin
Lawi bin
Ya’qub bin
Ishaq bin
Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin
Arfahsad bin
Syam bin
Nuh. Sedangkan nama ibunda Musa memiliki nama
Yukabad, pendapat lain mengatakan namanya adalah
Yuhanaz Bilzal.
[62] Kemudian Musa menikah dengan puteri
Syu’aib
yaitu Shafura (Shafrawa/Safora/Zepoporah) dan memiliki keturunan
berjumlah 4 orang, mereka adalah Alozar, Fakhkakh, Mitha, Yasin, Ilyas.
Wujud fisik
Dikatakan dalam kisah
Muhammad di perjalanannya menuju
Sidrat al-Muntaha, ketika ia sampai di Langit
Al-Khaliishah
(Keenam), bahwa Muhammad melihat Musa memiliki postur tinggi dan kekar,
berambut lebat, memiliki jenggot putih panjang menutupi dadanya,
rambutnya hampir menutupi badannya dan sembari memegang tongkat.
[63]
Biografi
Kelahiran
Musa diutus Allah untuk memimpin kaum Israel ke jalan yang benar. Ia
merupakan anak Imran dan Yukabad binti Qahat, dan bersaudara dengan
Harun, dilahirkan di
Mesir pada pemerintahan
Maneftah,
[64] sedangkan beberapa pendapat ia adalah ayah dari Maneftah yaitu
Ramses Akbar[65] atau "
Thutmosis".
[66]
Mimpi Firaun
Pada masa kelahiran Musa, Firaun membuat peraturan untuk membunuh
setiap bayi laki-laki yang lahir. Tindakan itu diambil karena dia sudah
terpengaruh oleh
paranormal
kerajaan yang menafsirkan mimpinya. Firaun bermimpi Mesir terbakar dan
penduduknya mati, kecuali kaum Israel, sedangkan paranormalnya
mengatakan kekuasaan Fir'aun akan jatuh ke tangan seorang laki-laki dari
bangsa
Israel. Karena cemas, dia memerintahkan setiap rumah digeledah dan jika menemukan bayi laki-laki, maka bayi itu harus dibunuh.
Yukabad melahirkan seorang bayi laki-laki (Musa), dan kelahiran itu
dirahasiakan. Karena risau dengan keselamatan Musa, akhirnya Musa
dihanyutkan ke Sungai
Nil ketika berusia 3 bulan. Kemudian Musa ditemukan oleh
Asiyah
istri Firaun, yang sedang mandi dan kemudian membawanya ke istana.
Melihat istrinya membawa seorang bayi laki-laki, Firaun ingin membunuh
Musa. Istrinyapun berkata: “Jangan membunuh anak ini karena aku
menyayanginya. Lebih baik kita mengasuhnya seperti anak kita sendiri
karena aku tidak mempunyai anak.” Dengan kata-kata dari istrinya
tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk membunuh Musa.
Musa bertemu ibunya
Kemudian istri Firaun mencari pengasuh, tapi tidak seorang pun yang
dapat menyusui Musa dengan baik, dia menangis dan tidak mau disusui.
Selepas itu, ibunya sendiri mengajukan diri untuk mengasuh dan
membesarkannya di
istana
Firaun. Diceritakan dalam Al-Quran: “Maka Kami kembalikan Musa kepada
ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya dia
mengetahui janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya.”
Pada suatu hari, Firaun memangku Musa yang masih kanak-kanak, tetapi
tiba-tiba janggutnya ditarik Musa hingga dia kesakitan, lalu berkata:
“Wahai istriku, mungkin anak inilah yang akan menjatuhkan kekuasaanku.”
Istrinya berkata: “Sabarlah, dia masih anak-anak, belum berakal dan
belum mengetahui apa pun.” Sejak berusia tiga bulan hingga dewasa Musa
tinggal di istana itu sehingga orang memanggilnya Musa bin Firaun. Nama
Musa sendiri diberi keluarga Firaun. “Mu” berarti air dan “sa” adalah
tempat penemuannya di tepi sungai Nil.
Masa Kenabian
Musa menghadapi Firaun
Kisah permasalahan di antara mukjizat Nabi Musa dengan sihir dari
tukang sihir firaun dikata bermula disebab satu peristiwa di mana pada
satu ketika semasa Musa mengambil meninjau di sekitar kota dan kemudian
beliau melihat dua laki-laki sedang berkelahi, masing-masing di kalangan
Bani Israel bernama
Samiri
dan bangsa Mesir, Fatun. Melihatkan kegaduhan itu Musa mau
mententeramkan mereka, tetapi ditepis Fatun. Tanpa berlengah Musa lalu
mengayunkan satu batu ke atas Fatun, lalu tersungkur dan meninggal
dunia.
Ketika laki-laki itu meninggal dunia karena tindakannya, Musa memohon
ampun kepada Allah seperti dinyatakan dalam al-Quran: “Musa berdoa:
Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiayai diriku sendiri karena
itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Dialah yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Pernikahan Musa dengan Shafura binti Syu'aib
Tetapi, tidak lama kemudian orang banyak mengetahui kematian Fatun
disebabkan Musa dan berita itu turut disampaikan kepada pemimpin kanan
Firaun. Akhirnya mereka akan menangkap Musa. Disebabkan terdesak, Musa
mengambil keputusan keluar dari Mesir. Ia berjalan tanpa arah dan
tujuan, tetapi selepas lapan hari, beliau sampai di kota Madyan, iaitu
kota Nabi
Syu'aib di timur
Semenanjung Sinai dan
Teluk Aqabah di selatan
Palestina.
Musa tinggal di rumah Nabi
Syu’aib beberapa lama sehingga menikah dengan anak gadisnya bernama
Shafura. Selepas menjalani kehidupan suami istri di
Madyan, Musa meminta izin Syu’aib untuk pulang ke Mesir. Dalam perjalanan itu, akhirnya Musa dan isterinya tiba di
Bukit Sinai. Dari jauh, beliau terlihat
api,
lalu terfikir ingin mendapatkannya untuk dijadikan obor penerang jalan.
Musa meninggalkan istrinya sebentar untuk mendapatkan api itu. Apabila
sampai di tempat api menyala itu, beliau menemukan api menyala pada
sebatang
pohon, tetapi tidak membakar pohon berkenaan. Ini membingungkannya dan ketika itu beliau terdengar suara wahyu daripada Tuhan.
Selepas itu Allah berfirman kepadanya, bermaksud: “....Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, yaitu Tuhan semesta alam.”
Firman-Nya lagi, bermaksud: “Dan lemparkan tongkatmu, apabila
tongkat itu menjadi ular Musa melihatnya bergerak seperti seekor
ular, dia berundur tanpa menoleh. Wahai Musa datanglah kepada-Ku, janganlah kamu takut, sungguh kamu termasuk orang yang aman.”
Selepas itu Allah berfirman lagi kepada Musa, maksudnya: “Masukkan
tanganmu ke leher bajumu, pasti keluar putih bersinar dan dekapkan kedua
tanganmu ke dada kerana ketakutan....” Tongkat menjadi ular dan tangan
putih berseri-seri itu adalah dua
mukjizat yang dikurniakan Allah kepada Musa.
Kembali ke Mesir
Ketika beliau dalam perjalanan pulang dari Madyan ke Mesir, bagi menghadapi Firaun dan pengikutnya yang
fasik.
Firaun cukup marah mengetahui kepulangan Musa yang mau membawa ajaran
lain daripada yang diamalkan selama ini sehingga memanggil semua ahli
sihir
untuk mengalahkan dua mukjizat berkenaan. Ahli sihir Firaun
masing-masing mengeluarkan keajaiban, ada antara mereka melempar tali
lalu menjadi ular. Namun, semua ular yang dibawa ahli sihir itu ditelan
ular besar yang berasal daripada tongkat Musa.
Firman Allah bermaksud: “Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan
kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa
yang mereka buat itu hanya tipu daya tukang sihir dan tidak akan menang
tukang sihir itu dari mana saja ia datang.”
Semua keajaiban ahli sihir itu dihancurkan Musa menggunakan dua
mukjizat berkenaan, menyebabkan sebagian dari kalangan pengikut Firaun,
termasuk istrinya mengikuti ajaran yang dibawa Musa. Melihatkan ahli
sihir dan sebagian pengikutnya beriman dengan ajaran Nabi Musa, Firaun
marah, lalu menghukum golongan berkenaan. Manakala istrinya sendiri
disiksa hingga meninggal dunia.
Nabi Musa bersama orang beriman terpaksa melarikan diri sehingga mereka sampai di
Laut Merah.
Namun, Firaun dan tentaranya yang sudah mengamuk mengejar mereka dari
belakang, tetapi semua mereka mati tenggelam di dasar Laut Merah.
Al-Quran menceritakan: “Dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu,
lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya
sedang kamu sendiri menyaksikan.” (Al Baqarah 2:50)
Musa bermunajat di Bukit Sina
Selepas keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani Israel menuju ke
Bukit Sina untuk mendapatkan kitab panduan daripada Allah. Namun, sebelum itu Musa disyaratkan ber
puasa
selama 30 hari pada Zulkaedah. Ketika mahu bermunajat, beliau
beranggapan bau mulutnya kurang menyenangkan. Ia menggosok gigi dan
mengunyah daun kayu, lalu perbuatannya ditegur malaikat dan beliau
diwajibkan berpuasa 10 hari lagi. Dengan itu puasa Musa genap 40 hari.
Sewaktu bermunajat, Musa berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu
kepadaku supaya aku dapat melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau tidak
akan sanggup melihatKu, tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap
berdiri tegak di tempatnya seperti sediakala, maka niscaya engkau dapat
melihatku.” Musa terus memandang ke arah bukit yang dimaksudkan itu dan
dengan tiba-tiba bukit itu hancur hingga masuk ke perut
bumi, tanpa meninggalkan bekasnya. Musa terperanjat dan gementar seluruh tubuh lalu pingsan.
10 Perintah Tuhan
Ketika sadar, Musa terus bertasbih dan memuji Allah, sambil berkata:
“Maha besarlah Engkau ya Tuhan, ampuni aku dan terimalah taubatku dan
aku akan menjadi orang pertama beriman kepadaMu.” Sewaktu bermunajat,
Allah menurunkan kepadanya kitab
Taurat. Menurut ahli tafsir, ketika kitab itu berbentuk kepingan
batu atau
kayu,
namun padanya terperinci segala panduan ke jalan diridhai Allah.
Kesepuluh Perintah Tuhan itu mengandung sejumlah pernyataan-penyataan
wajib yang secara total lebih dari 10. Tetapi, Kitab Suci sendiri
menunjukkan perhitungan "10", menggunakan frasa 'aserethad'varim
diartikan sebagai 10 kata, pernyataan, atau benda. Agama-agama yang
bermacam-macam mengelompokkan pernyataan-penyataan wajib tersebut
sehingga menjadi 10 bagian.
Berikut isi sepuluh perintah tersebut sebagai berikut:
- Akulah Tuhan, Allahmu. Jangan ada padamu tuhan lain selain-Ku.
- Jangan membuat bagimu patung (sembahan) yang menyerupai apapun.
- Jangan menyebut nama Tuhan: Allahmu, dengan sembarangan.
- Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.
- Hormatilah ayah dan ibumu.
- Jangan membunuh.
- Jangan berzina.
- Jangan mencuri.
- Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
- Jangan mengingini milik sesamamu (mengingini istri, atau hamba
laki-lakinya, atau hamba perempuannya, atau lembunya, atau keledainya,
atau hartanya, atau apapun yang dipunyai sesamamu).
Samiri dan berhalanya
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Samiri
Sebelum Musa pergi ke bukit itu, beliau berjanji kepada kaumnya tidak
akan meninggalkan mereka lebih 30 hari. Tetapi Nabi Musa tertunda 10
hari, karena terpaksa mencukupkan 40 hari puasa.
Bani Israel
kecewa dengan kelewatan Musa kembali kepada mereka. Ketiadaan Musa
membuatkan mereka seolah-olah dalam kegelapan dan ada antara mereka
berfikir keterlaluan dengan menyangka beliau tidak akan kembali lagi.
Dalam keadaan tidak menentu itu, seorang ahli sihir dari kalangan mereka
bernama
Samiri mengambil kesempatan menyebarkan perbuatan
syirik. Dia juga mengatakan Musa tersesat dalam mencari tuhan dan tidak akan kembali. Ketika itu juga, Samiri membuat anak
sapi dari
emas. Dia memasukkan segumpal tanah, bekas dilalui tapak kaki kuda
Jibril
ketika mengetuai Musa dan pengikutnya menyeberangi Laut Merah. Patung
itu dijadikan Samiri bersuara.(Menurut cerita, ketika Musa dengan
kudanya mau menyeberangi Laut Merah bersama kaumnya, Jibril ada di depan
terlebih dulu dengan menaiki
kuda betina, kemudian diikuti
kuda
jantan yang dinaiki Musa dan pengikutnya. Kemudian Samiri menyeru
kepada orang ramai: “Wahai kawan-kawanku, rupanya Musa sudah tidak ada
lagi dan tidak ada gunanya kita menyembah Tuhan Musa itu. Sekarang, mari
kita sembah anak sapi yang diperbuatkan daripada emas ini. Ia dapat
bersuara dan inilah tuhan kita yang patut disembah.”
Selepas itu, Musa kembali dan melihat kaumnya menyembah
patung anak sapi. Ia marah dengan tindakan Samiri.
Firman
Allah:
“Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati.
Berkata Musa: wahai kaumku, bukankah Tuhanmu menjanjikan kepada kamu
suatu janji yang baik? Apakah sudah lama masa berlalu itu bagimu atau
kamu menghendaki supaya kemurkaan Tuhanmu menimpamu, kerana itu kamu
melanggar perjanjianmu dengan aku.”
Musa bertanya Samiri, seperti diceritakan dalam al-Quran: “Berkata
Musa; apakah yang mendorongmu berbuat demikian Samiri? Samiri menjawab:
Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil
segenggam tanah (bekas tapak
Jibril) lalu aku masukkan dalam patung anak sapi itu. Demikianlah aku menuruti dorongan nafsuku.”
Kemudian Musa berkata: “Pergilah kamu dan pengikutmu daripadaku,
patung anak sapi itu akan aku bakar dan lemparkannya ke laut,
sesungguhnya engkau akan mendapat siksa.”
Keinginan Bani Israel melihat Tuhan
Umat Nabi Musa bersifat keras kepala, hati mereka tertutup oleh
kekufuran, malah gemar melakukan perkara terlarang, sehingga sanggup
menyatakan keinginan melihat Allah, baru mau beriman. Firman Allah: “Dan
ingatlah ketika kamu berkata: Wahai Musa, kami tidak akan beriman
kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu
disambar
halilintar, sedangkan kamu menyaksikannya. Selepas itu Kami bangkitkan kamu selepas
mati, supaya kamu bersyukur.”
Sifat asli Bani Israil
Allah memberikan banyak nikmat kepada Bani
Israel, antaranya dibebaskan daripada kezaliman Firaun, menjalani kehidupan di kawasan subur, mempunyai
Taurat dan rasul di kalangan mereka, tetapi mereka tidak bersyukur, malah memberikan banyak alasan. Mereka juga membelakangi
wahyu Allah kepada Musa supaya berpindah ke Palestina. Alasan diberikan karena mereka takut menghadapi suku
Kan’an.
Telatah Bani Israel yang pengecut itu menyedihkan hati Musa, lalu
beliau berdoa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri
saudaraku
Harun, maka pisahkanlah kami dari orang fasik yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu.”
Hukuman Bani Israel yang menolak perintah itu ialah Allah mengharamkan mereka memasuki
Palestina
selama 40 tahun dan selama itu mereka berkeliaran di atas muka bumi
tanpa tempat tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sehingga semuanya
musnah. Palestina kemudian dihuni oleh generasi baru.
Bani Israel juga menghina rasul mereka, yang dapat dilihat melalui
kisah sapi seperti dalam surah al-Baqarah: “Dan ingatlah ketika Musa
berkata kepada kaumnya, sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih
sapi betina. Mereka berkata; apakah kamu hendak menjadikan kami bahan
ejekan...”
Pertemuan Musa dengan orang saleh
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Khidir
Ditengah-tengah khutbahnya Musa dihadapan Bani Isroil, ada salah
seorang yang bertanya kepada Musa, dengan pertanyaannya, apakah ada
manusia yang paling pandai saat ini. Musa hanya menjawab dialah orang
yang pandai dimuka bumi ini. Dengan pernyataan Musa inilah Allah Maha
Mendengar siapa yang berkata baik dengan diucapkan maupun tidak. Allah
langsung menegur Musa dengan firmanNya," Wahai Musa, Aku mempunyai hamba
yang lebih pandai dari kamu" Setelah Musa mendapat teguran Allah, dia
sangat terkejut dan dengan tunduk berkata," Dimanakah kami dapat bertemu
hambaMu yang lebih pandai dari aku". Kemudian Allah menjawab," Hamba-Ku
bisa ditemui disuatu tempat yang disebut
Majma Al Bahrain". Dari sinilah awal pencarian Musa untuk bertemu hamba Allah yang lebih pandai darinya yang kita kenal dengan Nabi Khidir.
Musa meninggal dunia ketika berusia 120 tahun, tetapi ada pendapat menyatakan usianya 150 tahun di
Bukit Nabu’,
tempat diperintahkan Allah untuk melihat tempat suci yang dijanjikan,
yaitu Palestina, tetapi beliau tidak sempat memasukinya.
Kisah sepupu Musa
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Qarun
sumber; d.wikipedia.org/wiki/Musa