Jumat, 29 November 2013

Alexander Graham Bell 3 Maret 1847 - 1922
Telepon (Telephone)

Alexander Graham Bell (1847-1922) adalah penemu dari Amerika dan pengajar bagi orang tuli, dan dia dikenal sebagai penemu telepon (telephone).
Lahir pada 3 Maret 1847, di Edinburgh, Skotlandia, dan mendapat pendidikan di Universitas Edinburgh dan London. Kemudian tahun 1870 dia pindah ke Canada dan kemudian pindah lagi ke Amerika pada tahun 1871. Di Amerika dia mulai mengajar orang yang bisu dan tuli, mempopulerkan system yang disebut 'bahasa visual'. System yang dikembangkan oleh ayahnya, Alexander Melville Bell, yang menunjukkan bagaimana bibir, lidah, dan tenggorokan digunakan dalam menggambarkan suara.
Pada masa kanak-kanaknya, dia telah memperlihatkan rasa ingin tahu yang sangat besar pada dunia ini, yang menyebabkan dia sering mengumpulkan contoh-contoh tumbuhan. Bersama teman baiknya yang memiliki penggilingan gandum yang juga merupakan tetangganya, dia sering membuat keributan, dan suatu hari ayah temannya berkata, "Mengapa kalian tidak membuat sesuatu yang lebih berguna?" Saat itu Alexander Graham Bell bertanya, apa yang perlu di kerjakan. Dan ayah teman baiknya memberi tahu bahwa gandum harus di pisahkan dengan kulitnya. Pada umur 12 tahun, Alexander membuat peralatan sederhana yang mengkombinasikan dayung yang berputar dengan serangkaian sikat dari paku untuk memisahkan gandum dengan kulitnya. Peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik selama bertahun-tahun, dan sebagai 'hadiahnya', ayah temannya memberikan mereka kesempatan untuk bermain di sebuah bengkel (workshop) kecil untuk membuat 'penemuan baru'.
Sejak usia 18 tahun, Bell telah meneliti gagasan bagaimana mengirimkan dan mentransfer perkataan. Tahun 1874 saat dia mengerjakan telegraph, dia mengembangkan gagasan dasar yang baru bagi telephone. Percobaan yang dilakukannya bersama asistennya Thomas Watson akhirnya terbukti berhasil pada tanggal 10 Maret 1876, saat itu kata yang ditransmit adalah: "Watson, come here; I want you." (Watson, datanglah kemari, saya membutuhkanmu). Serangkaian demonstrasi penggunaan telephone, telah memperkenalkan telephone ke seluruh dunia dan dipimpin oleh perusahaannya, Bell Telephone Company pada tahun 1877.

   Google+    Digg it


Mengapa Kita Mengantuk Sesudah Makan Siang?
Jam-jam setelah makan siang, biasanya adalah masa-masa yang paling susah dilewati. Walaupun malam sebelumnya kita sudah cukup tidur, tetap saja kita merasa mengantuk. Ada dua hal yang menyebabkan kita merasa ingin tidur siang1. L-TryptophanL-Tryptophan....

Apa Itu E-mail?
E-mail merupakan singkatan dari Elektronic Mail yang berarti surat menyurat dalam Internet. E-mail banyak digunakan karena alasan mudah dikirim dan cepat sampai tujuan. E-mail tidak memerlukan kertas atau perangko, melainkan cukup mengetik melalui keyboard dan dalam hitungan....

Berapa banyak tulang yang kita miliki?
Anak bayi yang baru lahir memiliki 270 tulang. Beberapa tulang akan bergabung menjadi satu saat kita mulai dewasa dan saat itu, tulang yang dimiliki oleh orang dewasa menjadi 206. Pada bagian pusat, terdapat 74 tulang, termasuk 26 tulang punggung, 22 pada bagian....

Halaman Utama |  Cerita Rakyat dan Dongeng |  Penulis Chttp://www.ceritakecil.com/tokoh-ilmuwan-dan-penemu/Alexander-Graham-Bell-4
Sumber

Pengertian Qurban Dan Akikah


Malem Gan , Di Malam Takbiran Ini Ane Sempetin Deh Buat Nge-Posting Tentang Pengertian Qurban Dan Akikah , Langsung Aja Simak Lah , :D



Qurban Dan Akikah Adalah Sebuah Amalan Yang Sangat Penting Di Dalam Islam Karna Ganjaran Nya Sangat Besar , Tetapi Masih Banyak Orang Yang Mampu Tidak Melaksanakan Nya , Entah Mengapa Dia .

1. Qurban
   Qurban Berasal Dari Bahasa Arab Yaitu Qoroba , Yakribu , Qurbanan Yang Berarti Mendekatkan Diri . Sedangkan  Menurut Istilah Adalah Mendekatkan Diri Kepada Allah Dengan Jalan Menyembelih Hewan Qurban Pada Bulan Dzulhizah Tanggal 10,11,12,13 .
Hukum Qurban Sunnah Muaakad Untuk Yang Mampu , Qurban Di Anjurkan Kepada Orang Yang Telah Mampu Memenuhi Kebutuhan Sehari-harinya .  
Dalil Menegaskan :
إنّا اعطينا ك الكوثر، فصلّ لربّك وانحر ، إنّ شا نئك هو الابتر .
Artinya : Sungguh Kami Telah Memberimu (Muhammad) Nikmat Yang Banyak Maka Laksanakan Lah Sholat Dan Berqurban lah , Sungguh Orang Yang Membencimu Dialah Orang Yang Terputus .
(Q.S.Al-Kausar 1-3)
Hewan Ternak Yang Boleh Di Jadikan Qurban :
1. Harus Sehat 
2. Tidak Kurus 
3. Tidak Pincang Atau Cacat
4. Sudah Berumur 1 Tahun Lebih
Ketentuan Qurban :
1.Sapi Atau Unta Untuk 7 Orang
2.Kambing Atau Domba Untuk 1 Orang
2. Akikah
   
      Akikah Berasal Dari Bahasa Arab Yaitu Al Qath'u Yang Berarti Memutuskan Atau Memotong  .
Menurut Istilah Akikah Di Definisikan Penyembelihan Hewan (Domba/Kambing) Yang Di Tujukan Untuk Menebus Anak Yang Baru Lahir .
Pelaksanaan Akikah Adalah Pada Hari Ke-7 Bayi Lahir Atau Hari Ke-14 , Pokok Nya Hari Di Kelipatan (7) Kalau Tidak Mampu Bisa Kapan saja .
Sabda Rasullulah Menegaskan :
قال رسول الله صلى الله عليه و سلّم من احبّ منكم ان ينسك عن ولده فليفعل عن الغلام شاتان مكا فأتان و عن الجرية شاة
Artinya : Barang Siapa Diantara kamu ingin beribadah tentang anak, Hendaklah diperbuat nya untuk anak laki-laki 2 Ekor Kambing , Sedangkan Perempuan 1 ekor kambing (H.R.Ahmad , Abu daud,Nasa'i)
Ketentuan Hewan Akikah :
1.Anak Laki-laki (2 Ekor Kambing Atau Domba)
1.Anak Perempuan (1 Ekor Lambing Atau Domba)
Akikah Memiliki Tujuan Untuk Meningkat Jiwa Sosial , Saling Menolong Sesama tetangga di lingkungan sekitar, Menanamkan Jiwa Keagamaan Pada Anak , Dan Sebagai Rasa Syukur Kepada Allah Karna Telah Di Karuniai Anak .
Usai Sudah , Semoga Bermanfaat Artikel ini dan Menambahkan semangat ibadah kepada allah . Amiin
Salam Blogger-Ppatz Blogger
 
  
Sumber: http://ppatz-garoet.blogspot.com/2013/10/pengertian-qurban-dan-akikah.html
h

Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Historis, & Terminologis Hakikat Pancasila

Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memliki pengertian pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan Negara, sabagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya terdapat berbagai macam terminologi yang harus didesktipsikan secara objektif. Selain itu, pancasila secara kedudukan dan fungsinya juga harus dipahami secara kronologis.

Oleh karena itu, untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut meliputi lingkup pengertian sebagai berikut :

Pengertian Pancasila secara etimologis
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti secara leksikal yaitu :
panca” artinya “lima
syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar
syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan “susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca Syilla” dengan vokal i pendek yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.

Pengertian Pancasila secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.

Pengertian Pancasila secara Terminologis
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-negara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
Sumber: itadastmikpringsewu.wordpress.com/mata-kuliah/pancasila/pengertian-pancasila-secara-etimologis-historis-terminologis-hakikat-pancasila/

Makna Dan Nilai Ibadah Haji Dan QURBAN Perspektif Ritual Dan Sosial

Drs. Asmuni Mth, M.A.
 I. Muqaddimah
Ada tiga peristiwa besar yang terjadi pada bulan Dzulhijjah (bulan ke dua belas qomariyah) yaitu pertama pelaksanaan ibadah haji, kedua hari raya ‘idul adha, dan ketiga adalah pelaksanaan dari udhiyah atau penyembelihan hewan qurban itu sendiri. Ketiga ibadah ini satu sama lain saling terkait, bahkan idhul adha sendiri sesungguhnya memiliki keterkaitan makna dengan ‘dhul fithri. Begitu besar dan sakralnya perayaan idul adha, umat Islam selalu menyambutnya dengan gegap gempita dan penuh suka cita. Lantunan takbir menjelang ‘idul adha selalu bergemuruh dan menggema menembus langit-langit dunia mengiringi perginya senja hari pelaksanaan shalat ‘idul adha. Sekaligus mengawal sembelihan hewan qurban yang menjadi hari raya ini. Umat Islam pun tenggelam ke dalam ceruk penghayatan ritus ibadah yang sarat makna.
Meningkatnya kesadaran religius umat Islam yang ditandai dengan menggelembungnya kuantitas hewan qurban merupakan fenomena yang menggembirakan. Namun tampak ironis, dalam rentang waktu yang nyaris bersamaan kualitas moral mengalami pemandulan jika mengamati kondisi sosial masyarakat saat ini yang sedang sakit parah untuk tidak menyebut kronis.
Qurban bahkan ‘idul adha itu sendiri seringkali hanya dipahami sebatas ibadah ritual keagamaan yang rutin. Artinya, setiap umat Islam yang melaksanakan ibadah qurban dan shalat ‘idul adha hanya mengharap pahala atau surga. Setiap yang melakukan ibadah qurban yang terbayang selalu besarnya pahala dan nikmatnya masuk surga akibat imbalan dari perbuatan qurban yang pernah dilakukan. Adapun nilai atau makna ritual dari ibadah qurban apalagi makna sosialnya seringkali terlupakan. Akibat nyata yang dirasakan, ibadah qurban tidak mampu melahirkan nilai praktis dalam kehidupan masyarakat.
II. Makna Spiritual dalam Ibadah Kurban
Jika kita membaca kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. yang merupakan akar sejarah diturunkan ibadah qurban ini kepada kita sampai hari ini, maka kita menemukan makna spritualitas yang sangat tinggi. Secara spiritual, apa yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. itu, menunjukkan kepasrahan atau kepatuhan yang total dari hamba kepada Allah dalam menunaikan ibadah.
Ternyata kepatuhan atau kepasrahan tersebut bukan untuk Tuhan melainkan untuk manusia itu sendiri. Setiap ibadah memang menuntut adanya totalitas kepasrahan dan kepatuhan. Inilah yang disebut beribadah dengan ikhlas, tanpa pamrih kecuali karena Allah semata. Ini bermakna bahwa kita dalam beribadah tidak boleh terpecah-pecah, atau tidak ikhlas, ingin pamer atau dianggap memiliki tingkat ibadah yang tinggi. Ibadah yang ikhlas dan pasrah adalah jauh dari riya’ (agar dilihat orang ), sum’ah (agar didengar orang lain) sehingga tidak hanya lillah ta’ala melainkan juga billah ta’ala.
Makna spritualitas lain adalah keberanian menanggung resiko yang berat sebagai bentuk kecintaan kepada Allah S.W.T., melebihi kecintaan kepada yang lainnya. Harta, kedudukan, bahkan jiwa, tak ada artinya jika demi mahabbah atau cinta yang abadi kepada Allah. Inilah sikap bertauhid yang murni dan sekaligus menunjukkan keimanan dan ketaqwaan yang tinggi.
Nabi Ibrahim dan Ismail telah membuktikan, agar manusia Muslim jangan sampai terpenjara oleh kecintaan kepada dunia (harta, kedudukan, jiwa raga) secara berlebihan dan membawa dirinya lupa kepada hakikat dan tujuan hidupnya yang sejati yakni memperoleh keridhaan Allah.
Kata qurban itu sendiri mengandung makna dekat. Sehingga ibadah qurban upaya mendekatkan diri kepada Allah S.W.T., Inti ibadah qurban adalah menguji kesadaran dan sejauh mana segala pola fikir, pola tindak kita benar-benar sejalan dengan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Karakter orang yang dekat dengan Allah adalah orang yang sanggup melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan Allah S.W.T. (imtisalu al-awamir wa ijtinab al-nawahi).
Maka qurban dalam pengertian Islam merupakan sarana mendekatkan diri kepada Allah lewat binatang ternak yang disembelih. Dengan menyembelih binatang ternak seorang muslim pada hari raya idul adha dan hari-hari tasyrik telah merelakan sebagian harta yang dimilikinya sebagai realisasi ketaatannya kepada perintah Allah dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah“. (Q.S. al-Kautsar [108]: 1-2). Karena itu, qurban dalam Islam hanyalah sebagai perlambang saja, sebab yang terpenting ketulusan hati untuk melaksanakan ibadah itu sebagai rasa syukur kepada Allah S.W.T.  Dengan berqurban dalam konteknya yang lebih luas akan membangun eksistensi manusia yang sejati, manusia yang menyandang staus Abdullah dan khalifatullah (hamba Tuhan dan wakil Tuhan di permukaan bumi ini.
III. Makna Sosial dalam Ibadah Qurban
Setiap yang disyariatkan Allah kepada hambanya di samping memiliki makna dalam konteks relasi hamba dengan Rabb-nya seperti disebutkan di atas, juga selalu memiliki makna dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks relalsi hamba dengan hamba. Sehingga setiap yang disyariatkan Allah kepada hambanya, pasti memiliki makna dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah qurban di samping memiliki makna ritual juga mengandung makna sosial. Artinya, umat Islam yang melaksanakan qurban atau umat Islam lain yang tidak berqurban tetapi mereka merayakan idul qurban sudah seharusnya berupaya mengambil makna yang ada dalam ibadah qurban agar umat Islam benar-benar dapat mengimplementasikan nilai atau makna ibadah qurban dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah qurban yang dirayakan setiap tahun oleh umat Islam hanya sampai di bibir saja, hanya sampai pada proses penyembelihan hewan qurban saja, bahkan sangat ironis ibadah qurban hanya dijadikan arena pesta pora makan-makan bagi masyarakat.
Ibadah qurban haruslah dimaknai sebagai pendidikan kepada orang yang mampu untuk memberikan sebagian harta kekayaannya kepada umat yang membutuhkan (miskin). Dengan harapan dapat meringankan beban penderitaan bagi kaum lain yang masih dalam kemiskinan. Membantu agar meringankan beban orang lain tidak selalu dengan harta kekayaan, melainkan bisa dengan kemampuan intelektual (konseptual). Orang yang tidak memiliki harta tetapi memiliki kualitas intelektual maka mereka harus membantu meringankan beban dengan pikiran.
Semangat membantu meringankan penderitaan sesama manusia adalah substansi qurban yang perlu dikedepankan. Orang yang tidak memiliki semangat untuk membantu meringankan beban penderitaan orang lain meskipun mereka setiap tahun melaksanakan penyembelihan hewan qurban, belum dapat dikatakan telah melaksanakan ibadah qurban. Sebaliknya, meskipun seseorang itu tidak pernah menyembelih hewan qurban tetapi memiliki semangat dan selalu memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan berarti mereka telah melaksanakan ibadah qurban.
Ibadah qurban juga mengandung makna agar umat Islam dalam kehidupannya selalu membunuh, membuang jauh-jauh sifat-sifat binatang yang bersarang dalam dirinya. Karakter dominan dari binatang adalah tidak memiliki rasa kebersamaan atau persatuan-kesatuan, hanya mementingkan isi perut (kenyang), tidak mengenal aturan, norma atau etika.
Qurban bukan semata-mata hanya cukup dengan menyembelih hewan qurban, justru yang sangat penting adalah bagaimana manusia benar-benar mampu membuang jauh-jauh segala mentalitas yang dimiliki binatang dari dalam dirinya. Imam Al-Gazali menyebut, ada dua sifat yang selalu bergejolak dalam diri manusia, yaitu sifat malaikatiyah dan sifat hewaniyah. Sifat malaikatiyah selalu mengajak untuk berbuat positif, sedang sifat hewaniyah selalu mengajak untuk berbuat jahat. Substansi qurban berarti upaya untuk mengoptimalkan sifat malaikatiyah dan menghilangkan sifat hewaniyah.
Untuk itulah, ibadah qurban sudah sepantasnya dijadikan momentum yang sangat berharga untuk menggerakkan dan mengembangkan kesadaran sosial bagi sebagian orang yang memiliki aset ekonomi memadai agar melakukan pemerataan kesejahteraan. Hewan qurban hanyalah repesentasi dari keniscayaan berqurban yang lebih besar bagi kepentingan masyarakat. Dengan demikian, wujud kecintaan kepada Allah dapat dimanifestasikan dalam kecintaan kepada sesama manusia.
IV. Makna Usaha dan Perjuangan dalam Ibadah Haji dan Qurban
Kehidupan kita di Indonesia sampai saat ini masih diwarnai dengan berbagai persoalan yang semakin kompleks sehingga tidak mudah menghadapi dan mengatasinya, baik di bidang sosial, ekonomi, hukum, politik, pertahanan dan keamanan maupun budaya. Bila dipandang dari sisi ajaran Islam, maka kita bisa merasakan dan harus kita akui bahwa kesulitan dalam menghadapi dan mengatasinya karena terjadi kesenjangan yang begitu besar antara pengakuan kita sebagai muslim dengan realitas kehidupan yang kita jalani, karenanya keindahan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin nampak terhalang oleh “kabut” sikap dan prilaku umat Islam yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam itu sendiri.
Hari raya ‘id al-adha tidak lepas dari simbol-simbol pelaksanaan ibadah haji untuk menjadi pedoman kita dalam menghadapi berbagai persoalan sosial dan individual karena haji merupakan rukun Islam yang kelima mengandung pengamalan nilai-nilai kemanusiaan universal. Pengamalan ini bermula dari kesadaran akan fithrah atau jati diri manusia serta keharusan menyesuaikan diri dengan tujuan kehadiran di pentas bumi ini dan berpegang kepada syari’ah.
Kemanusiaan menjadi salah satu implementasi peran manusia sebagai makhluk fungsionil yang bertanggung jawab. Dalam ibadah haji focus tertuju pada Baitullah (Ka’bah) sebagai simbol persatuan dan kesatuan umat Islam secara internasional. Tetapi selain simbol persatuan dan kesatuan, Ka’bah itu sendiri mengandung makna eksistensi kemanusiaan. Misalnya, pada bagian dari ka’bah terdapat hijr Ismail putra Ibrahim. Ismail pernah hidup dalam suka dan duka bersama ibuda Hajar pada saat ditinggal ayahanda Ibrahim. Hajar adalah seorang ibu yang penuh kasih sayang terhadap anaknya, penuh ketenangan dan keluhuran. Ia adalah seorang wanita hitam, miskin dan bahkan budak. Namun demikian budak wanita ini ditempatkan oleh Allah S.W.T., di sana untuk menjadi pelajaran bahwa Allah memberi kedudukan untuk seseorang bukan karena keturunan atau status sosialnya, tetapi karena ketaqwaannya kepada Allah dan usahanya untuk hijrah dari kejahatan menuju kebaikan, dari keterbelakangan menuju peradaban.[1]
Wanita yang bernama Hajar kembali muncul pada amalan sa’iy, sosok wanita bersahaja yang diperisterikan Nabi Ibrahim a.s. diperagakan pengalamannya mencari air untuk putranya. Sebetulnya keyakinan wanita ini akan kebesaran dan kemahakuasaan Allah, sedemikian kokoh jauh dari sebelum  peristiwa pencarian itu. Ketika bersedia ditinggal bersama anaknya di suatu lembah yang tandus. Keyakinannya yang begitu dalam tidak menjadikannya berpangku tangan dengan hanya menunggu turunnya hujan dari langit. Tetapi, ia berusaha dan berjuang mempertahankan kehidupan.
Hajar memulai melakukan usahanya dari bukit Shafa yang arti harfiyahnya adalah kesucian dan ketegaran, sebagai lambang bahwa untuk mencapai hidup harus dengan usaha yang dimulai dengan kesucian dan ketegaran dan harus  diakhiri di bukit Marwah yang berarti ideal manusia, sikap menghargai, bermurah hati, dan memaafkan orang lain.
Kalau pada amalan thawaf menggambarkan larut dan meleburnya manusia dalam hadirat Ilahi, maka pada amalan sa’iy menggambarkan usaha manusia mencari hidup, yang dilakukan selesai thawaf agar melambangkan bahwa kehidupan dunia dan akhirat merupakan suatu kesatuan  dan keterpaduan.
Dengan thawaf disadarilah tujuan hidup manusia dan setelah  kesadaran itu, dimulai sa’iy antara bukit Shafa dan Marwah, mengikuti dan meniru seorang Ibu yang penuh kasih sayang terhadap anaknya. Sa’iy, dengan demikian,  menggambarkan bahwa tugas manusia adalah berupaya semaksimal mungkin dalam memperjuangkan hidupnya termasuk menjamin kelangsungan hidup keluarganya. Hasil usaha yang maksimal dan ikhlas insya Allah akan diperoleh baik melalui usahanya maupun melalui anugrah Tuhan seperti yang telah dialami Hajar a.s. bersama puteranya Isma’il, dengan ditemukannya air zamzam itu.
Mengingat kondisi negara kita yang masih dilanda krisis multidimensi banyak hal yang dapat kita ambil dari makna amalan thawaf dan amalan sa’iy antara lain rasa optimisme yang tinggi akan hari esok yang lebih baik. Berbagai krisis terutama dalam bidang ekonomi yang berkepanjangan harus dihadapi dengan rasa optimisme yang tinggi, yakin kepada Allah S.W.T., Yang Maha Pemberi rizki bahwa Dia sebenarnya telah menyediakan rizki itu kepada setiap makhluknya. Sikap optimisme ini harus berbarengan dengan usaha untuk mencari rezeki agar bisa melangsungkan kehidupan dengan baik seperti yang telah dilakukan oleh Hajar.
Dalam memperjuangkan hidup dan kehidupan diperlukan semangat berqurban dan menunjukkan realisasi pengorbanan itu sesuai dengan tingkat kemampuan kita masing-masing. Kesulitan-kesulitan hidup jangan sampai membuat kita terlalu banyak alasan untuk tidak mau berqurban bagi kemaslahatan atau kebaikan orang lain. Nabi Ibrahim a.s telah menunjukkan semangat pengorbanannya yang tiada tara. Ketika kita menginginkan kehidupan yang baik, harus ada pihak-pihak yang berqurban, karena dalam suatu masyarakat ada orang yang memiliki kelebihan dan ada yang memiliki kekurangan, yang berlebih harus mau berqurban untuk yang berkurang meskipun sebenarnya pengorbanannya itu juga untuk kepentingan dirinya sendiri.
Sikap optimisme dan berusaha secara maksimal serta sikap mau berqurban harus pula dibarengi dengan usaha mempertahankan nilai-nilai idealisme sebagaimana Ibrahim yang mempertahankan nilai-nilai kebenaran sejak beliau masih muda hingga sudah tua, ini bisa kita ambil pelajarannya saat Nabi Ibrahim a.s yang ingin menegakkan nilai-nilai tauhid dengan menghancurkan berhala-berhala yang mengakibatkan Nabi Ibrahim dihukum mati dengan cara dibakar dan akhirnya Allah S.W.T., menyelamatkannya meskipun ia dianggap sebagai orang yang zhalim oleh penguasa yang zhalim, saat itu Nabi Ibrahim masih berusia sangat muda sebagaimana diceritakan di dalam al-Qur’an, yang artinya, “Mereka berkata: “siapakah yang melakukan perbuatan (menghancurkan patung) ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”. Mereka berkata: “kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” (Q.S. al-Anbiyâ’[21]: 59-60).
Selanjutnya bandingkan dengan Nabi Ibrahim ketika diperintah untuk menyembelih Ismail, Ibrahim saat itu sudah sangat tua, sudah kakek-kakek karena sudah lama ia ingin punya anak dari perkawinannya dengan Sarah tapi ia belum juga punya anak dan iapun akhirnya kawin dengan Hajar dan dikaruniai anak yang diberi nama Ismail. Ini semua menunjukkan kepada kita bahwa Nabi Ibrahim adalah seorang yang harus kita teladani dalam mempertahankan idealismenya pada kebenaran, beliau taat sejak muda hingga tua. Karena itu sejak muda hingga tua seharusnya kita selalu menunjukkan ketaqwaan kita kepada Allah S.W.T.
Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa ketika krisis kehidupan terjadi, maka sebagai orang muslim, yang harus kita lakukan adalah semakin mendekatkan diri kita pada kehidupan yang islami sehingga satu-demi satu persoalan bisa kita hadapi dan kita atasi, sedangkan bila kita semakin jauh dari nilai-nilai Islam, maka krisis kehidupan bukan hanya semakin panjang tapi juga semakin menimbulkan persoalan-persoalan baru. Semoga kita semakin tabah dalam menghadapi tantangan yang sangat beragam dalam kehidupan ini.
V. Makna Kesetaraan
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa ibadah qurban diwajibkan kepada mereka yang mampu agar kita belajar dari pengorbanan yang dulu dilakukan Nabi Ibrahim. Tuhan memerintahkan Nabi Ibrahim melalui mimpi untuk mengorbankan putra kesayangannya, Nabi Ismail.[2] Kita bisa merasakan betapa beratnya perintah yang harus dilaksanakan Nabi Ibrahim. Putra kesayangan, yang ia tunggu begitu lama kelahirannya, tiba-tiba harus ia qurbankan. Namun, karena itu adalah perintah dari Tuhan, mustahil bagi Nabi Ibrahim untuk tidak menjalankannya. Di luar dugaan, Nabi Ismail ternyata mendukung ayahnya untuk menjalankan perintah Tuhan itu. Kita semua kemudian tahu, ketika ujung pisau mengenai leher Nabi Ismail, Tuhan menggantikannya dengan seekor kambing.
Hampir seluruh ulama sepakat bahwa apa yang dilakukan oleh Ibrahim terhadap Ismail adalah bukti penyerahan diri sepenuhnya terhadap perintah Tuhan. Oleh karenanya, ajaran Ibrahim disebut sebagai ajaran Islam (penyerahan diri). Seorang mufassir modern, Muhammad Ali (1874-1951) memaknai qurban sebagai tindakan kerendahan hati dan kesabaran dalam penderitaan dan ketakjuban kepada Ilahi.
Dalam hal penyembelihan hewan sebagai simbol qurban, Ali Syari’ati memaknainya sebagai sebuah perumpamaan atas kemusnahan dan kematian ego. “Berqurban berarti menahan diri dari, dan berjuang melawan, godaan ego”. Bahkan secara lebih tegas, Muhammad Ali mengatakan bahwa qurban atau penyembelihan hewan sebenarnya adalah lambang dari penyembelihan hewan (nafsu hewani) dalam diri manusia.
Mencermati arus pemikiran dua intelektual muslim di atas, kita menjadi mengerti betapa dasyat pemaknaan ibadah qurban. Berqurban dengan menyembelih hewan tidaklah berhenti pada pemaknaan secara simbolik. Tetapi, menukik dalam ke ranah substansi ibadah qurban.
Kendati demikian, yang menarik kita cermati adalah sejarah ritual qurban sendiri. Sebab, pemaknaan ibadah qurban selama ini selalu dilekatkan kepada sosok Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sebagaimana telah disinggung, bahwa qurban adalah ibadah simbolis untuk mengenang penyembelihan terhadap Ismail. Padahal, dalam lanskap sejarah itu ada sesosok manusia yang nyaris diabaikan peranannya, dialah Siti Hajar.
Siti Hajar dalam kanal sejarah itu adalah sosok perempuan tegar yang membenarkan mimpi Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya sebagai perintah Tuhan. Bahkan, Siti Hajar berani terang-terangan menolak bujukan setan yang memperdaya dan menghujaninya dengan batu-batu –sebuah peristiwa yang kelak diperingati dengan melempar jumrah dalam ritus ibadah haji-.
Pemaknaan kita terhadap ibadah qurban selama ini nyaris melalaikan keberadaan Siti Hajar. Jarang sekali kita menginsafi jerih payah Siti Hajar dalam membesarkan Ismail di tengah-tengah tandusnya hamparan padang pasir. Entah sengaja atau tidak, sepertinya kita menutup mata dengan segala pengorbanan Siti Hajar yang berlari tertatih-tatih naik-turun bukit Shafa dan Marwa. Oleh sebab itulah, perayaan hari raya qurban kali ini perlu menjadi momentum untuk merefleksikan pengorbanan Siti Hajar yang menjadi representasi kaum perempuan. Pemaknaan yang timpang terhadap ibadah qurban hanya akan memperpanjang perlakuan diskriminasi gender yang selama ini kerap dialami kaum perempuan.
Padahal, pada hakikatnya, Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan setara. Tinggi rendahnya martabat seseorang dihadapan Tuhan tidak ditentukan oleh jenis kelamin, melainkan nilai pengabdian serta ketaqwaannya. Pesan sejenis yang mengungkap keseteraan itu banyak sekali ditemukan dalam al-Qur’an. Hanya cara pandang dan produk pemaknaan kita sendiri yang telah mereduksi kesetaraan itu. Sehingga, kaum perempuan mengalami penderitaan dan ketidakadilan secara bertubi-tubi dalam berbagai dimensi kehidupan.
Kita tidak boleh menutup mata dari pengorbanan kaum perempuan. Perempuan nyaris selalu diidentikkan dengan ibu. Sementara ibu selalu identik dengan kasih sayang dan pengorbanan. Tak ada kata letih bagi seorang ibu dalam memberikan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Bahkan nyawa pun ia korbankan demi kasih sayangnya kepada buah hati. Bila dalam ibadah qurban dimaknai sebagai penyerahan diri sepenuhnya terhadap kebesaran Tuhan, maka ketika seorang ibu melahirkan, ia pun berserah diri sepenuhnya terhadap kebesaran anugerah Tuhan, bahkan dengan nyawanya sendiri.
Ibu merelakan dirinya berkorban untuk menjadi qurban. Oleh karenanya, Nabi dalam sabdanya sangat tidak berlebihan bila mengibaratkan surga ada di bawah telapak kaki ibu. Bahkan Rumi dalam syair Matsnawi-nya menyatakan bahwa perempuan pantas untuk disebut sebagai pencipta. Ia merasa telah menemukan ibu di segala tempat. Bahkan secara umum ia mengibaratkan segala sesuatu dalam kosmos ini adalah seperti ibu yang melahirkan sesuatu yang lebih tinggi.
Namun pengorbanan itu sering terlupakan oleh kecongkakan dan keserakahan nafsu manusia. Bahkan dengan mengatasnamakan agama. Agama sering dijadikan alat justifikasi untuk membenarkan kemauan nafsu manusia. Dan sekali lagi perempuan pun harus dijadikan sebagai korban keserakahan nafsu itu. Untuk itu, momentum ibadah qurban sepatutnya menjadi titik balik cara pandang kita terhadap perempuan.
Sulit dipungkiri, cara pandang diskrimintif terhadap perempuan sedikit banyak dibentuk oleh teks-teks penafsiran terhadap doktrin agama yang bersifat andocentricity. Maksudnya, bahwa dunia ini senantiasa dipandang dan dipahami dari sudut pandang kaum laki-laki. Perempuan hanya digambarkan sebagai obyek yang pasif. Semangat ibadah qurban hendaknya mampu mendekonstruksi pemahaman seperti itu, yang harus segera disadari adalah teks-teks penafsiran semacam itu memiliki pijakan konteks historis yang lain. Konteks dahulu pada saat penafsiran berbeda dengan konteks kita saat ini. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih jauh terhadap penafsiran teks-teks keagamaan yang bias gender yang selama ini diterima begitu saja. Penelitian ini sangat penting karena akan menyadarkan kita untuk bersikap lebih kritis terhadap apa yang dianggap “ajaran Islam” yang ada, yang mungkin sebenarnya berasal dari budaya sebelum Islam dan bertentangan dengan ruh Islam.
Implikasi yang konkret, sikap toleran dan apresiatif terhadap perempuan akan tumbuh dalam dinamika kehidupan. Pemaknaan teks-teks agama pun nantinya akan ramah terhadap perempuan. Dengan begitu, kita bisa membantah ungkapan Moriz Winternitz, “Perempuan selalu menjadi sahabat agama, tetapi agama bukan sahabat bagi perempuan”. Nyatanya, agama Islam adalah sahabat karib perempuan.
MARÂJI’

            Saiful Amin Ghofur, Perempuan dan Ritual Kurban, Makalah Refleksi dalam Diskusi terbatas di MSI 2006.
            Asmuni Mth, Menelusuri Spiritualitas Sosial Ibadah Kurban, Makalah Refleksi Diskusi terbatas di MSI 2006.
Al-Miskat, Jurnal ilmiah, edisi I, 2003, Universitas az-Zeitouna Tunis.
            M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Bandung, Mizan, Cet. XVIII, 2008.
            __________, Membumikan al-Qur’an, Bandung, Mizan, Cet. I, 1992.
            Universitas Islam Indonesia, al-Qur’an dan Tafsirnya, 1995.
            Naji Husain Jaudah, al-Ma’rifah al-Shaufiyah, Cet. I, 1427 H/2006 M, Beirut: Dar al-Hadi.
            Fathi al-Duraini, Dirasat wa Buhus fi al-Fikru al-Islami al-Mu’ashir, Beirit: Dar Qutaibah, Cet. I, 1408 H/1988 M.

* Penulis adalah Dosen tetap Fakultas Ilmu Agama Islam UII
            [1] Uraian yang bagus dan apik mengenai masalah ini lihat M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an.

            [2] Mengenai hal ini lihat Saiful Amin Ghofur, Perempuan dan Ritual Kurban, Makalah Refleksi dalam Diskusi terbatas di MSI 2006.
Sumber: http://alislamiyah.uii.ac.id/2013/02/06/makna-dan-nilai-ibadah-haji-dan-qurban-perspektif-ritual-dan-sosial/
Tugas dan Wewenang, dan Hak Tugas dan wewenang MPR antara lain:

Mengubah dan menetapkan (Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945), (Undang-Undang Dasar)
Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum
Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan (Mahkamah Konstitusi) untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden dalam masa jabatannya
Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya
Memilih Wakil Presiden dari 2 calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya
Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya

Tugas dan wewenang DPR antara lain:

Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama
Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan
Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintah
Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD
Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan;
Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial
Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden
Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden untuk ditetapkan;
Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi
Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain
Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat

Tugas dan wewenang DPD antara lain:

Mengajukan kepada DPR Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. DPR kemudian mengundang DPD untuk membahas RUU tersebut.
Memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan.
Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk dijadikan bahan membuat pertimbangan bagi DPR tentang RUU yang berkaitan dengan APBN

Tugas dan Wewenang Mahkamah Agung

1. Memeriksa permohonan kasasi dan peninjauan kembali

2. Menguji secara materiil hanya terhadap peraturan di bawah undang-undang

3. Memberi nasihat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian dan penolakan grasi

4. Memberi pertimbangan-pertimbangan di bidang hukum baik diminta maupun tidak kepada lembaga tinggi negara yang lain.

Salam
materi referensi:
 

Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/MPR
.

Sejarah Internet

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut ARPANET (Advanced Research Project Agency Network), di mana mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware dan software komputer yang berbasis UNIX, kita bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon. Proyek ARPANET merancang bentuk jaringan, kehandalan, seberapa besar informasi dapat dipindahkan, dan akhirnya semua standar yang mereka tentukan menjadi cikal bakal pembangunan protokol baru yang sekarang dikenal sebagai TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol).
Tujuan awal dibangunnya proyek itu adalah untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan menghubungkan komputer di daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan.
Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 4 situs saja yaitu Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara, University of Utah, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu pada tahun 1969, dan secara umum ARPANET diperkenalkan pada bulan Oktober 1972. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung, sehingga membuat ARPANET kesulitan untuk mengaturnya.
Oleh sebab itu ARPANET dipecah manjadi dua, yaitu "MILNET" untuk keperluan militer dan "ARPANET" baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti, universitas-universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya dikenal dengan nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi Internet.

Daftar kejadian penting

Tahun Kejadian
1957 Uni Soviet (sekarang Rusia) meluncurkan wahana luar angkasa, Sputnik.
1958 Sebagai buntut dari "kekalahan" Amerika Serikat dalam meluncurkan wahana luar angkasa, dibentuklah sebuah badan di dalam Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Advanced Research Projects Agency (ARPA), yang bertujuan agar Amerika Serikat mampu meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi negara tersebut. Salah satu sasarannya adalah teknologi komputer.
1962 J.C.R. Licklider menulis sebuah tulisan mengenai sebuah visi di mana komputer-komputer dapat saling dihubungkan antara satu dengan lainnya secara global agar setiap komputer tersebut mampu menawarkan akses terhadap program dan juga data. Pada tahun ini juga RAND Corporation memulai riset terhadap ide ini (jaringan komputer terdistribusi), yang ditujukan untuk tujuan militer.
Awal 1960-an Teori mengenai packet-switching dapat diimplementasikan dalam dunia nyata.
Pertengahan 1960-an ARPA mengembangkan ARPANET untuk mempromosikan "Cooperative Networking of Time-sharing Computers", dengan hanya empat buah host komputer yang dapat dihubungkan hingga tahun 1969, yakni Stanford Research Institute, University of California, Los Angeles, University of California, Santa Barbara, dan University of Utah.
1965 Istilah "Hypertext" dikeluarkan oleh Ted Nelson.
1968 Jaringan Tymnet dibuat.
1971 Anggota jaringan ARPANET bertambah menjadi 23 buah node komputer, yang terdiri atas komputer-komputer untuk riset milik pemerintah Amerika Serikat dan universitas.
1972 Sebuah kelompok kerja yang disebut dengan International Network Working Group (INWG) dibuat untuk meningkatkan teknologi jaringan komputer dan juga membuat standar-standar untuk jaringan komputer, termasuk di antaranya adalah Internet. Pembicara pertama dari organisasi ini adalah Vint Cerf, yang kemudian disebut sebagai "Bapak Internet"
1972-1974 Beberapa layanan basis data komersial seperti Dialog, SDC Orbit, Lexis, The New York Times DataBank, dan lainnya, mendaftarkan dirinya ke ARPANET melalui jaringan dial-up.
1973 ARPANET ke luar Amerika Serikat: pada tahun ini, anggota ARPANET bertambah lagi dengan masuknya beberapa universitas di luar Amerika Serikat yakni University College of London dari Inggris dan Royal Radar Establishment di Norwegia.
1974 Vint Cerf dan Bob Kahn mempublikasikan spesifikasi detail protokol Transmission Control Protocol (TCP) dalam artikel "A Protocol for Packet Network Interconnection".
1974 Bolt, Beranet & Newman (BBN), pontraktor untuk ARPANET, membuka sebuah versi komersial dari ARPANET yang mereka sebut sebagai Telenet, yang merupakan layanan paket data publik pertama.
1977 Sudah ada 111 buah komputer yang telah terhubung ke ARPANET.
1978 Protokol TCP dipecah menjadi dua bagian, yakni Transmission Control Protocol dan Internet Protocol (TCP/IP).
1979 Grup diskusi Usenet pertama dibuat oleh Tom Truscott, Jim Ellis dan Steve Bellovin, alumni dari Duke University dan University of North Carolina Amerika Serikat. Setelah itu, penggunaan Usenet pun meningkat secara drastis.
Pada tahun ini pula, emoticon diusulkan oleh Kevin McKenzie.
Awal 1980-an Komputer pribadi (PC) mewabah, dan menjadi bagian dari banyak hidup manusia.
Tahun ini tercatat ARPANET telah memiliki anggota hingga 213 host yang terhubung.
Layanan BITNET (Because It's Time Network) dimulai, dengan menyediakan layanan e-mail, mailing list, dan juga File Transfer Protocol (FTP).
CSNET (Computer Science Network) pun dibangun pada tahun ini oleh para ilmuwan dan pakar pada bidang ilmu komputer dari Purdue University, University of Washington, RAND Corporation, dan BBN, dengan dukungan dari National Science Foundation (NSF). Jaringan ini menyediakan layanan e-mail dan beberapa layanan lainnya kepada para ilmuwan tersebut tanpa harus mengakses ARPANET.
1982 Istilah "Internet" pertama kali digunakan, dan TCP/IP diadopsi sebagai protokol universal untuk jaringan tersebut.
Name server mulai dikembangkan, sehingga mengizinkan para pengguna agar dapat terhubung kepada sebuah host tanpa harus mengetahui jalur pasti menuju host tersebut.
Tahun ini tercatat ada lebih dari 1000 buah host yang tergabung ke Internet.
1986 Diperkenalkan sistem nama domain, yang sekarang dikenal dengan DNS (Domain Name System) yang berfungsi untuk menyeragamkan sistem pemberian nama alamat di jaringan komputer.

Kejadian penting lainnya

Tahun 1971, Ray Tomlinson berhasil menyempurnakan program e-mail yang ia ciptakan setahun yang lalu untuk ARPANET. Program e-mail ini begitu mudah sehingga langsung menjadi populer. Pada tahun yang sama, ikon "@" juga diperkenalkan sebagai lambang penting yang menunjukkan “at” atau “pada”. Tahun 1973, jaringan komputer ARPANET mulai dikembangkan ke luar Amerika Serikat.
Komputer University College di London merupakan komputer pertama yang ada di luar Amerika yang menjadi anggota jaringan Arpanet. Pada tahun yang sama, dua orang ahli komputer yakni Vinton Cerf dan Bob Kahn mempresentasikan sebuah gagasan yang lebih besar, yang menjadi cikal bakal pemikiran internet. Ide ini dipresentasikan untuk pertama kalinya di Universitas Sussex.
Hari bersejarah berikutnya adalah tanggal 26 Maret 1976, ketika Ratu Inggris berhasil mengirimkan e-mail dari Royal Signals and Radar Establishment di Malvern. Setahun kemudian, sudah lebih dari 100 komputer yang bergabung di ARPANET membentuk sebuah jaringan atau network. Pada 1979, Tom Truscott, Jim Ellis dan Steve Bellovin, menciptakan newsgroups pertama yang diberi nama USENET. Tahun 1981 France Telecom menciptakan gebrakan dengan meluncurkan telpon televisi pertama, dimana orang bisa saling menelpon sambil berhubungan dengan video link.
Karena komputer yang membentuk jaringan semakin hari semakin banyak, maka dibutuhkan sebuah protokol resmi yang diakui oleh semua jaringan. Pada tahun 1982 dibentuk Transmission Control Protocol atau TCP dan Internet Protokol atau IP yang kita kenal semua. Sementara itu di Eropa muncul jaringan komputer tandingan yang dikenal dengan Eunet, yang menyediakan jasa jaringan komputer di negara-negara Belanda, Inggris, Denmark dan Swedia. Jaringan Eunet menyediakan jasa e-mail dan newsgroup USENET.
Untuk menyeragamkan alamat di jaringan komputer yang ada, maka pada tahun 1984 diperkenalkan sistem nama domain, yang kini kita kenal dengan DNS atau Domain Name System. Komputer yang tersambung dengan jaringan yang ada sudah melebihi 1000 komputer lebih. Pada 1987 jumlah komputer yang tersambung ke jaringan melonjak 10 kali lipat manjadi 10.000 lebih.
Tahun 1988, Jarko Oikarinen dari Finland menemukan dan sekaligus memperkenalkan IRC atau Internet Relay Chat. Setahun kemudian, jumlah komputer yang saling berhubungan kembali melonjak 10 kali lipat dalam setahun. Tak kurang dari 100.000 komputer kini membentuk sebuah jaringan. Tahun 1990 adalah tahun yang paling bersejarah, ketika Tim Berners Lee menemukan program editor dan browser yang bisa menjelajah antara satu komputer dengan komputer yang lainnya, yang membentuk jaringan itu. Program inilah yang disebut www, atau World Wide Web.
Tahun 1992, komputer yang saling tersambung membentuk jaringan sudah melampaui sejuta komputer, dan pada tahun yang sama muncul istilah surfing the internet. Tahun 1994, situs internet telah tumbuh menjadi 3000 alamat halaman, dan untuk pertama kalinya virtual-shopping atau e-retail muncul di internet. Dunia langsung berubah. Pada tahun yang sama Yahoo! didirikan, yang juga sekaligus kelahiran Netscape Navigator.

Rabu, 27 November 2013

Melaksanakan ibadah haji bukanlah ibadah yang sembarangan. Jangan sampai kita sudah berangkat jauh-jauh dari tanah air menuju Tanah Suci dan sudah banyak mengeluarkan pengorbanan baik dari segi waktu dan biaya, namun ibadah haji kita sia-sia karena pelaksanaanya salah.
Berikut ini akan kami ulas mengenai tata cara pelaksanaan ibadah haji yang baik dan benar sesuai dengan syariat Islam.
travel haji
 Melakukan ihram dari mîqât 
Ihram dapat dilakukan sejak awal bulan syawal dengan cara melaksanakan mandi sunnah, berwudhu seperti berwudhu untuk shalat dan memakai pakaian ihram.
Disyariatkan juga untuk mengucapkan niat haji dengan mengucapkan  Labbaik Allâhumma hajjan, yang artinya “aku datang memenuhi panggilanmu ya Allah, untuk berhaji”. Tidak ada ritual atau niatan khusus yang harus Anda kerjakan dalam pelaksanaan ihram ini.
Setelah itu Anda bisa berangkat menuju arrafah sambil membaca kalimat talbiah untuk menyatakan niat:
Labbaik Allâhumma labbaik, labbaik lâ syarîka laka labbaik, inna al-hamda, wa ni’mata laka wa al-mulk, lâ syarîka laka
Wukuf di Arrafah
Pelaksanaan wukuf adalah pada tanggal 9 Zulhijah, waktunya dimulai setelah matahari tergelincir sampai terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah.
Mabît di Muzdalifah, Mekah
Ambilah batu kerikil untuk melaksanakan jumrah di Mina, jumlahnya bisa 49 sampai 70 batu. Waktu perjalanan ke Mina, Anda bisa singgah di Muzdalifah untuk berzikir dan memperbanyak berdo'a kepada Allah SWT.
 Melontar jumrah ‘aqabah
Melontar jumroh dilakukan di bukit Aqabah sehingga dinamakan jumroh Aqabah. pelaksanaannya adalah pada tanggal 10 Dzulhijah. Jumlah batu yang dilempar adalah 7 buah batu kerikil.
Setelah melempar jumroh, Anda disyariatkan untuk menyembelih hewan kurban. Lebih afdhal dilakukan sendiri.
Tahalul
Tahalul dilaksanakan setelah melaksanakan jumroh aqobah. Tahalul adalah memotong atau mencukur rambut sekurang-kurangnya tiga helai. Setelah bertahalul, Anda bisa melepas pakaian ihram dan memakai pakaian biasa.
Selama melaksanakan ibadah haji, dilarang keras untuk membunuh binatang dan melaksankan hubungan badan bagi suami istri.
Anda disunnahkan untuk mencium Hajar Aswad dan melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat di dekat makam Ibrahim serta berdoa di Multazam.
Setelah itu Anda bisa melaksanakan Sa'i di antara  bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari Bukit Shafa dan berakhir di Bukit Marwa dan dilanjutkan dengan melaksanakan tahalul yang kedua.
Mabît di Mina
Mabit di Mina dilaksanakan pada hari tasyrik. Pada hari-hari tasyrik itu Anda bisa melontar jumrah ûlâwustâ, dan ‘aqabah, masing-masing 7 kali.
Keterangan: 
Untuk Anda yang ingin nafar awwal atau meninggalkan Mina tanggal 12 Zulhijah setelah jumrah pada sore hari, melontar jumrah bisa dilakukan pada tanggal 11 dan 12 Zulhijah saja.
Dengan selesainya melontar jumrah maka selesailah seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji dan kembali ke Mekah.ravelhaji.co.id/tata-cara-melaksanakan-ibadah-haji-yang-benar.html

Musa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Musa
מֹשֶׁה
Mošé
MosesRescued FromTheNile.JPG
"Bayi Musa diambil dari air", oleh Nicolas Poussin, 1638.
Arti nama Orang yang diambil dari air[1]
Orang tua Amram[2] (ayah), Yokhebed[2] (ibu)
Istri Zipora[3] anak Yitro (Rehuel)
Anak Gersom dan Eliezer[4]
Saudara Harun[2] (laki-laki), Miryam[5] (perempuan)
Pekerjaan Pengantara Allah, Pemberi Hukum, Nabi, Pemimpin Bangsa[6]
Tempat lahir Goshen, Mesir[7]
Tempat mati Gunung Nebo[8], Moab (Yordania modern)
Umur 120 tahun[9]
Sumber
Bagian dari seri artikel Kristen tentang
Musa

Musa dan Israel
Sekilas Tentang Musa
Nama dan Julukan
TulahMujizatPelayanan
Musa dan Sejarah
Garis waktuKronologiTokoh
Kehidupan pribadi Musa
Budaya dan sejarah latar belakang
Musa dan Kekristenan
Peran Musa

Musa (bahasa Ibrani: מֹשֶׁה, Standar Mošé Tiberias Mōšeh; bahasa Arab: موسى, Mūsā; bahasa Ge'ez: ሙሴ Musse) (lahir di Mesir, ~1527 SM – meninggal di Gunung Nebo, dataran Moab, tepi timur Sungai Yordan, ~ 1407 SM pada umur 120 tahun) adalah seorang pemimpin dan nabi orang Israel yang menyampaikan Hukum Taurat dan menuliskannya dalam Pentateveh/Pentateukh (Lima Kitab Taurat) dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Ia ditugaskan untuk membawa Bani Israil (Israel) keluar dari Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31 buku di Alkitab Terjemahan Baru[10] dan 136 kali di dalam Al-Quran.

Keluarga

Musa adalah anak Amram bin Kehat bin Lewi, anak Yakub bin Ishak. Ia diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 SM. Ia memiliki 2 orang anak (Gersom dan Eliezer) dari istrinya, Zipora. Ia wafat di Tanah Tih (Gunung Nebo) sekitar sebulan sebelum bangsa Israel memasuki tanah Kanaan setelah 40 tahun mengembara di padang gurun sesudah keluar dari Mesir.

Pandangan Yahudi dan Kristen

Musa adalah seseorang yang diutus oleh Allah untuk pergi membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, dan menuntun mereka pada tanah perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Abraham, yaitu tanah Kanaan.
Musa harus melewati berbagai macam rintangan sebelum akhirnya benar-benar menerima mandat sebagai orang yang diutus oleh Allah untuk membebaskan bangsa Israel, misalnya: hampir dibunuh ketika ia masih bayi, dikejar-kejar oleh Firaun, sampai harus menjalani hidup sebagai gembala di tanah Midian selama 40 tahun. Itu semua diijinkan Tuhan untuk membentuk karakternya, sampai akhirnya Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dalam peristiwa semak duri yang menyala, tetapi tidak dimakan api.[11]
Ketika Musa sudah menerima mandat untuk membebaskan bangsa Israel, kuasa Tuhan mulai menyertai Musa, ditandai dengan adanya mujizat-mujizat yang diadakan oleh Tuhan melalui Musa, baik ketika masa pembebasan Israel dengan tulah-tulah, maupun ketika masa perjalanan bangsa Israel ke Kanaan.
Pada akhirnya, Musa tidak sampai memimpin bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan, oleh karena kesalahan perkataan Musa di Mara yang disebabkan oleh betapa pahit hati Musa menghadapi orang Israel. Musa hanya mengantarkan orang Israel sampai ke tepi timur sungai Yordan, sebelum menyeberang ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan tersebut. Musa akhirnya digantikan oleh abdinya yang setia yaitu Yosua bin Nun, yang akhirnya berhasil memimpin bangsa Israel masuk dan menduduki tanah Kanaan.
Garis waktu kehidupan Musa adalah sebagai berikut:
  • Musa dilahirkan ratusan tahun setelah Yusuf meninggal, di dalam pemerintahan Firaun.
  • Musa berasal dari suku Lewi.

Etimologi Nama

Menurut Kitab Keluaran, nama Musa (Mošeh משה) berarti "diangkat dari air" dari akar kata mšh משה "mengangkat, menarik ke luar", menurut Keluaran 2:10:
Putri Firaun ... menamainya Musa (משה), sebab katanya: "Karena aku telah menariknya (משיתהו) dari air."[12]
Nama "Musa" ini dapat mengindikasikan bentuk pasif "ditarik keluar", yaitu "dia yang ditarik keluar", tetapi juga ada yang melihat dalam arti aktif, yaitu: "ia yang menarik keluar" dalam arti "Juruselamat" (bahasa Latin: Soter; bahasa Inggris: saviour, deliverer).[13] Bentuk nama yang tertulis dalam Teks Masoret sesungguhnya merupakan bentuk aktif partisipel dalam tata bahasa Ibrani.[14] Sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100), berpendapat bahwa nama ini diambil dari etimologi Mesir. Ini didukung oleh sejumlah pandangan sarjana yang menunjukkan turunan dari istilah bahasa Koptik mo yaitu "air" dan `uses "menolong, menyelamatkan", memberi arti "diselamatkan dari air".[15]
Pandangan lain mengkaitkan nama Musa dengan kata Mesir kuno ms -- artinya "lahir" atau "anak; keturunan" atau "pemberian" -- yang ditemukan dalam nama-nama "Thut-mose", "anak dari (dewa) Thoth") dan "Ra-messes", yang berarti "anak yang diberi oleh (dewa) Ra.[12][16]
  • Dari antara orang-orang Aram dan Neo-Hitit, penduduk di Sam'al Utara, Yahudi, menyebutkan bahwa ada jejak-jejak kebudayaan nenek moyang pahlawan Moschos, menunjuk kepada pahlawan Yunani Mopsus (berarti "anak sapi") yang memiliki beberapa kesamaan dengan Musa. [17] Kesamaan-kesamaan ini hanya berkisar pada kedekatan lokasi dan kemiripan nama.

Latar Belakang Kelahiran

sumber: Kitab Keluaran pasal 1
Sebelum bangsa Israel diperbudak, mereka hidup senang di tanah Mesir, yaitu selama bangsa Mesir berada di bawah pemerintahan Yusuf. Yusuf adalah seorang putra Israel yang dijual ke tanah Mesir oleh saudara-saudaranya oleh karena iri hati. Namun berkat pertolongan Tuhan, Yusuf dapat melalui banyak penderitaan dan pada akhirnya menjadi penguasa nomor dua di Mesir, hanya setingkat langsung di bawah Firaun yang waktu itu berkuasa. Firaun memberikan kuasa dan kepercayaan penuh kepada Yusuf untuk melakukan apapun yang dianggap Yusuf baik bagi Mesir. Kemudian Yusuf memboyong keluarganya, yaitu Yakub (yang juga disebut Israel), ayahnya, beserta seluruh keluarga saudara-saudaranya, pindah ke tanah Mesir, karena di Kanaan tempat keluarganya tadinya berdiam terjadi kelaparan hebat. Itulah awal mulanya bangsa Israel dapat tinggal di Mesir.
Lama setelah Yusuf meninggal, kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf (tidak ingat lagi jasa Yusuf bagi tanah Mesir). Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: "Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini."[18]
Oleh karena itu, raja (Firaun) itu dan rakyatnya melakukan sejumlah tindakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Israel:
  1. Pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.[19] Namun segala hal tersebut ternyata tidak dapat menekan angka pertumbuhan penduduk Israel. Makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.[20]
  2. Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.[21]
  3. Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup."
    Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup. Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka: "Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?" Jawab bidan-bidan itu kepada Firaun: "Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin." Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda. Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga.[22]
  4. Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup."[23]

Silsilah

Menurut catatan Alkitab, silsilah keluarga Musa dari Lewi adalah sebagai berikut:
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
Lewi
 
 
 
(isteri)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gerson
 
Kehat
 
Merari
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Yokhebed
 
 
 
Amram
 
Yizhar
 
Hebron
 
Uziel
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Miryam
 
Harun
 
Musa
 
 

 


Kelahiran dan Masa Muda

sumber: Kitab Keluaran pasal 2
Musa adalah putra Amram bin Kehat dan Yokhebed, istrinya. Yokhebed dan Kehat adalah anak-anak Lewi. Musa memiliki dua orang kakak, yaitu Miryam dan Harun.
  • Setelah melahirkan Musa, Yokhebed melihat, bahwa anak itu cantik ("ia elok di mata Allah"[24]), disembunyikannya 3 bulan lamanya di dalam rumah.[24] Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; kakaknya perempuan (Miryam) berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.[25]
  • Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."[26]
  • Lalu bertanyalah Miryam, kakak anak itu, kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil Yokhebed, ibu bayi itu. Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."[27][28] Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.[29]

Masa Dewasa

Ketika Musa berusia 40 tahun,[30] ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.[31] Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti.[32]
  • Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?" Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan." Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa.[33][34]
  • Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian,[35] lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur. Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya. Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka.[36]
  • Ketika mereka sampai kepada Rehuel, ayah mereka, berkatalah ia: "Mengapa selekas itu kamu pulang hari ini?" Jawab mereka: "Seorang Mesir menolong kami terhadap gembala-gembala, bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing domba." Ia berkata kepada anak-anaknya: "Di manakah ia? Mengapakah kamu tinggalkan orang itu? Panggillah dia makan."[37]
  • Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu Rehuel memberikan Zipora, anaknya, kepada Musa. Perempuan itu melahirkan 2 anak laki-laki,[35] maka Musa menamainya yang sulung Gersom, sebab katanya: "Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing."[38][39] dan yang seorang lagi bernama Eliezer, sebab katanya: "Allah bapaku adalah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun."[40]

Kembali ke Mesir untuk memimpin Israel

Selama tinggal di Midian, Musa biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Suatu waktu, ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampai ke "gunung Allah", yakni gunung Horeb.[41] Waktu Musa sampai ke gunung Horeb itu, ia telah berdiam di Midian selama 40 tahun.[42] Sesampainya di sana, malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Dari semak duri berapi itu Allah berbicara kepada Musa. Allah mengutus Musa untuk menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan.[43] Musa pun kembali ke Mesir untuk meminta Firaun melepaskan bangsa Israel dengan ditemani Harun, abangnya.[44]
Firaun tidak bersedia melepaskan bangsa Israel karena hatinya dikeraskan oleh Allah untuk menunjukkan kuasa Allah kepada manusia. Akhirnya Allah menimpakan sepuluh tulah kepada bangsa Mesir yang puncaknya diperingati oleh bangsa Yahudi sebagai hari raya Pesakh atau pelepasan (Paskah zaman Perjanjian Lama menurut orang Kristen) dimana Firaun menyerah dan membiarkan bangsa Israel pergi. Pada hari itu yaitu tanggal 15 bulan Nisan (~25 April 1446 SM[45]) bangsa Israel dibawa oleh Musa ke luar dari Mesir.[46]

Membawa Israel keluar dari Mesir

Musa memimpin bangsa Israel dari Mesir menuju tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madunya, yaitu tanah Kanaan. Ketika mulai keluar dari Mesir, sang Firaun mengubah pikirannya dan mengejar kembali orang Israel. Musa kemudian membelah Laut Merah sehingga rakyat Israel yang hampir terkejar dapat menyeberang dan kemudian Musa menenggelamkan para pengejar yang berusaha menangkap kembali orang Israel. Selama perjalanan, bangsa Israel terus mengeluh dan mencobai Allah sehingga Allah marah dan menghukum Israel mengembara di padang pasir 40 tahun.[47]
Musa menerima Sepuluh Perintah Allah di bukit Sinai, dan menerima peraturan-peratuan peribadatan dan hukum-hukum sipil yang dilakukan oleh bangsa Israel hingga hari ini.[48] Allah dengan perantaraan Musa melakukan banyak mujizat kepada bangsa Israel yang tidak percaya seperti memberikan manna, air, dan burung puyuh untuk menjadi makanan pokok orang Israel selama di gurun sehingga mereka tidak kelaparan maupun kehausan. Setelah 40 tahun lamanya memutari jazirah Arab, bangsa Israel sampai ke tanah Kanaan, namun Musa dilarang Allah untuk memasukinya, karena pernah berdosa kepada-Nya.[49]

Kematian Musa

Sebelum matinya, naiklah Musa dari dataran Moab ke atas gunung Nebo, yakni ke atas puncak Pisga, (di sisi timur sungai Yordan) yang di tentangan Yerikho, lalu TUHAN memperlihatkan kepadanya seluruh negeri itu.[50]
Dan berfirmanlah TUHAN kepadanya [Musa]: "Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu. Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana."[51]
Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN. Dan dikuburkan-Nyalah dia [Musa] di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini.[52]
Kepemimpinan Musa selanjutnya digantikan oleh Yosua bin Nun, seorang jenderal yang takut akan Tuhan.[53]

Pelayanan

Selama hidupnya, Musa melakukan berbagai fungsi pelayanan, antara lain:

Penulis

Musa merupakan penulis (atau penyusun bahan) dari 5 kitab pertama dari Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab. Kitab-kitab tersebut dalam Alkitab bahasa Indonesia diberi judul: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Kitab-kitab tersebut kemudian dikenal di kalangan orang Yahudi dengan nama Taurat, karena di dalam kitab-kitab tersebut terkandung banyak sekali perintah-perintah yang disampaikan oleh Tuhan kepada Musa untuk bangsa Israel.[54] Musa juga menggubah sebuah mazmur, yang termasuk dalam kumpulan Kitab Mazmur, yaitu Mazmur 90.[55]

Hakim

Musa mengatur kehidupan seluruh umat Israel, dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di dalam bangsa Israel. Namun semakin lama permasalahan itu semakin banyak, dan Musa harus menangani permasalahan seluruh bangsa Israel yang mengantri untuk diselesaikan permasalahannya dari pagi hingga malam hari. Atas saran Yitro mertuanya, Musa mengangkat pemimpin-pemimpin atas bangsa itu untuk menangani perkara-perkara yang kecil-kecil, sehingga Musa hanya menangani masalah-masalah yang cukup besar saja.[56]

Pembuat Tabut Perjanjian

Musa, atas perintah Tuhan, membuat tabut perjanjian dan kemah suci, di mana di dalam tabut perjanjian itu terletak dua loh batu yang berisi sepuluh perintah Allah. Dalam pembuatan itu, Musa dibantu oleh Bezaleel bin Uri bin Hur dari kaum Yehuda dan Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan. Mereka berdua adalah orang-orang yang diperlengkapi Tuhan dengan keahlian.[57]

Peran

Di dalam Alkitab, Musa merupakan seseorang yang diutus oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan menuntun Israel menuju tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan.
Musa juga berperan untuk menguak sisi-sisi pribadi Allah, yang pada zaman orang Israel dianggap sebagai Pribadi yang menakutkan dan cenderung untuk menghukum. Musa menunjukkan bahwa bahkan pada zaman itu pun Musa dapat bergaul karib dengan Tuhan, bahkan sampai disebutkan berbicara berhadap-hadapan muka dengan Allah seperti sepasang sahabat.[58]
Musa juga mengajarkan bagaimana untuk menjadi seorang pemimpin yang penuh belas kasihan terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Di dalam banyak kesempatan ketika orang Israel memberontak, Tuhan sudah "menawarkan" kepada Musa untuk mengambil jalan pintas, yaitu dengan Tuhan memberantas seluruh orang Israel, dan akan menjadikan dari Musa seorang, suatu keturunan, bangsa yang besar. Namun Musa belajar untuk tidak mementingkan dirinya sendiri, dan memperjuangkan orang Israel di hadapan Tuhan.[59]
Namun Musa juga mampu marah bila saatnya tepat. Musa sungguh-sungguh marah kepada orang Israel ketika orang Israel, bahkan sampai Harun, kakaknya, berbuat dosa dengan menyembah patung Lembu Emas, sementara Musa sedang naik ke gunung Sinai untuk mendapatkan petunjuk dari Tuhan untuk bangsa Israel.[60]

Gambar

Pandangan Islam

Musa mendapat julukan Kalim Allah (كليم الله, Kalimullah) yang artinya orang yang diajak bicara oleh Allah. Bahkan tidak jarang dia berdialog dengan Allah, dialog antara seorang hamba yang sangat dekat dengan Sang Kekasih Yang Maha Pengasih.[61]

Genealogi

Musa bin Imran bin Fahis bin 'Azir bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh. Sedangkan nama ibunda Musa memiliki nama Yukabad, pendapat lain mengatakan namanya adalah Yuhanaz Bilzal.[62] Kemudian Musa menikah dengan puteri Syu’aib yaitu Shafura (Shafrawa/Safora/Zepoporah) dan memiliki keturunan berjumlah 4 orang, mereka adalah Alozar, Fakhkakh, Mitha, Yasin, Ilyas.

Wujud fisik

Dikatakan dalam kisah Muhammad di perjalanannya menuju Sidrat al-Muntaha, ketika ia sampai di Langit Al-Khaliishah (Keenam), bahwa Muhammad melihat Musa memiliki postur tinggi dan kekar, berambut lebat, memiliki jenggot putih panjang menutupi dadanya, rambutnya hampir menutupi badannya dan sembari memegang tongkat.[63]

Biografi

Kelahiran

Musa diutus Allah untuk memimpin kaum Israel ke jalan yang benar. Ia merupakan anak Imran dan Yukabad binti Qahat, dan bersaudara dengan Harun, dilahirkan di Mesir pada pemerintahan Maneftah,[64] sedangkan beberapa pendapat ia adalah ayah dari Maneftah yaitu Ramses Akbar[65] atau "Thutmosis".[66]

Mimpi Firaun

Pada masa kelahiran Musa, Firaun membuat peraturan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Tindakan itu diambil karena dia sudah terpengaruh oleh paranormal kerajaan yang menafsirkan mimpinya. Firaun bermimpi Mesir terbakar dan penduduknya mati, kecuali kaum Israel, sedangkan paranormalnya mengatakan kekuasaan Fir'aun akan jatuh ke tangan seorang laki-laki dari bangsa Israel. Karena cemas, dia memerintahkan setiap rumah digeledah dan jika menemukan bayi laki-laki, maka bayi itu harus dibunuh.
Yukabad melahirkan seorang bayi laki-laki (Musa), dan kelahiran itu dirahasiakan. Karena risau dengan keselamatan Musa, akhirnya Musa dihanyutkan ke Sungai Nil ketika berusia 3 bulan. Kemudian Musa ditemukan oleh Asiyah istri Firaun, yang sedang mandi dan kemudian membawanya ke istana. Melihat istrinya membawa seorang bayi laki-laki, Firaun ingin membunuh Musa. Istrinyapun berkata: “Jangan membunuh anak ini karena aku menyayanginya. Lebih baik kita mengasuhnya seperti anak kita sendiri karena aku tidak mempunyai anak.” Dengan kata-kata dari istrinya tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk membunuh Musa.

Musa bertemu ibunya

Kemudian istri Firaun mencari pengasuh, tapi tidak seorang pun yang dapat menyusui Musa dengan baik, dia menangis dan tidak mau disusui. Selepas itu, ibunya sendiri mengajukan diri untuk mengasuh dan membesarkannya di istana Firaun. Diceritakan dalam Al-Quran: “Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya dia mengetahui janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Pada suatu hari, Firaun memangku Musa yang masih kanak-kanak, tetapi tiba-tiba janggutnya ditarik Musa hingga dia kesakitan, lalu berkata: “Wahai istriku, mungkin anak inilah yang akan menjatuhkan kekuasaanku.” Istrinya berkata: “Sabarlah, dia masih anak-anak, belum berakal dan belum mengetahui apa pun.” Sejak berusia tiga bulan hingga dewasa Musa tinggal di istana itu sehingga orang memanggilnya Musa bin Firaun. Nama Musa sendiri diberi keluarga Firaun. “Mu” berarti air dan “sa” adalah tempat penemuannya di tepi sungai Nil.

Masa Kenabian

Musa menghadapi Firaun

Kisah permasalahan di antara mukjizat Nabi Musa dengan sihir dari tukang sihir firaun dikata bermula disebab satu peristiwa di mana pada satu ketika semasa Musa mengambil meninjau di sekitar kota dan kemudian beliau melihat dua laki-laki sedang berkelahi, masing-masing di kalangan Bani Israel bernama Samiri dan bangsa Mesir, Fatun. Melihatkan kegaduhan itu Musa mau mententeramkan mereka, tetapi ditepis Fatun. Tanpa berlengah Musa lalu mengayunkan satu batu ke atas Fatun, lalu tersungkur dan meninggal dunia.
Ketika laki-laki itu meninggal dunia karena tindakannya, Musa memohon ampun kepada Allah seperti dinyatakan dalam al-Quran: “Musa berdoa: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiayai diriku sendiri karena itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Pernikahan Musa dengan Shafura binti Syu'aib

Tetapi, tidak lama kemudian orang banyak mengetahui kematian Fatun disebabkan Musa dan berita itu turut disampaikan kepada pemimpin kanan Firaun. Akhirnya mereka akan menangkap Musa. Disebabkan terdesak, Musa mengambil keputusan keluar dari Mesir. Ia berjalan tanpa arah dan tujuan, tetapi selepas lapan hari, beliau sampai di kota Madyan, iaitu kota Nabi Syu'aib di timur Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah di selatan Palestina.
Musa tinggal di rumah Nabi Syu’aib beberapa lama sehingga menikah dengan anak gadisnya bernama Shafura. Selepas menjalani kehidupan suami istri di Madyan, Musa meminta izin Syu’aib untuk pulang ke Mesir. Dalam perjalanan itu, akhirnya Musa dan isterinya tiba di Bukit Sinai. Dari jauh, beliau terlihat api, lalu terfikir ingin mendapatkannya untuk dijadikan obor penerang jalan. Musa meninggalkan istrinya sebentar untuk mendapatkan api itu. Apabila sampai di tempat api menyala itu, beliau menemukan api menyala pada sebatang pohon, tetapi tidak membakar pohon berkenaan. Ini membingungkannya dan ketika itu beliau terdengar suara wahyu daripada Tuhan.
Selepas itu Allah berfirman kepadanya, bermaksud: “....Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, yaitu Tuhan semesta alam.”
Firman-Nya lagi, bermaksud: “Dan lemparkan tongkatmu, apabila tongkat itu menjadi ular Musa melihatnya bergerak seperti seekor ular, dia berundur tanpa menoleh. Wahai Musa datanglah kepada-Ku, janganlah kamu takut, sungguh kamu termasuk orang yang aman.”
Selepas itu Allah berfirman lagi kepada Musa, maksudnya: “Masukkan tanganmu ke leher bajumu, pasti keluar putih bersinar dan dekapkan kedua tanganmu ke dada kerana ketakutan....” Tongkat menjadi ular dan tangan putih berseri-seri itu adalah dua mukjizat yang dikurniakan Allah kepada Musa.

Kembali ke Mesir

Ketika beliau dalam perjalanan pulang dari Madyan ke Mesir, bagi menghadapi Firaun dan pengikutnya yang fasik. Firaun cukup marah mengetahui kepulangan Musa yang mau membawa ajaran lain daripada yang diamalkan selama ini sehingga memanggil semua ahli sihir untuk mengalahkan dua mukjizat berkenaan. Ahli sihir Firaun masing-masing mengeluarkan keajaiban, ada antara mereka melempar tali lalu menjadi ular. Namun, semua ular yang dibawa ahli sihir itu ditelan ular besar yang berasal daripada tongkat Musa.
Firman Allah bermaksud: “Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanya tipu daya tukang sihir dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang.”
Semua keajaiban ahli sihir itu dihancurkan Musa menggunakan dua mukjizat berkenaan, menyebabkan sebagian dari kalangan pengikut Firaun, termasuk istrinya mengikuti ajaran yang dibawa Musa. Melihatkan ahli sihir dan sebagian pengikutnya beriman dengan ajaran Nabi Musa, Firaun marah, lalu menghukum golongan berkenaan. Manakala istrinya sendiri disiksa hingga meninggal dunia.
Nabi Musa bersama orang beriman terpaksa melarikan diri sehingga mereka sampai di Laut Merah. Namun, Firaun dan tentaranya yang sudah mengamuk mengejar mereka dari belakang, tetapi semua mereka mati tenggelam di dasar Laut Merah.
Al-Quran menceritakan: “Dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (Al Baqarah 2:50)

Musa bermunajat di Bukit Sina

Selepas keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab panduan daripada Allah. Namun, sebelum itu Musa disyaratkan berpuasa selama 30 hari pada Zulkaedah. Ketika mahu bermunajat, beliau beranggapan bau mulutnya kurang menyenangkan. Ia menggosok gigi dan mengunyah daun kayu, lalu perbuatannya ditegur malaikat dan beliau diwajibkan berpuasa 10 hari lagi. Dengan itu puasa Musa genap 40 hari.
Sewaktu bermunajat, Musa berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku supaya aku dapat melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau tidak akan sanggup melihatKu, tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya seperti sediakala, maka niscaya engkau dapat melihatku.” Musa terus memandang ke arah bukit yang dimaksudkan itu dan dengan tiba-tiba bukit itu hancur hingga masuk ke perut bumi, tanpa meninggalkan bekasnya. Musa terperanjat dan gementar seluruh tubuh lalu pingsan.

10 Perintah Tuhan

Ketika sadar, Musa terus bertasbih dan memuji Allah, sambil berkata: “Maha besarlah Engkau ya Tuhan, ampuni aku dan terimalah taubatku dan aku akan menjadi orang pertama beriman kepadaMu.” Sewaktu bermunajat, Allah menurunkan kepadanya kitab Taurat. Menurut ahli tafsir, ketika kitab itu berbentuk kepingan batu atau kayu, namun padanya terperinci segala panduan ke jalan diridhai Allah. Kesepuluh Perintah Tuhan itu mengandung sejumlah pernyataan-penyataan wajib yang secara total lebih dari 10. Tetapi, Kitab Suci sendiri menunjukkan perhitungan "10", menggunakan frasa 'aserethad'varim diartikan sebagai 10 kata, pernyataan, atau benda. Agama-agama yang bermacam-macam mengelompokkan pernyataan-penyataan wajib tersebut sehingga menjadi 10 bagian.
Berikut isi sepuluh perintah tersebut sebagai berikut:
  1. Akulah Tuhan, Allahmu. Jangan ada padamu tuhan lain selain-Ku.
  2. Jangan membuat bagimu patung (sembahan) yang menyerupai apapun.
  3. Jangan menyebut nama Tuhan: Allahmu, dengan sembarangan.
  4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.
  5. Hormatilah ayah dan ibumu.
  6. Jangan membunuh.
  7. Jangan berzina.
  8. Jangan mencuri.
  9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
  10. Jangan mengingini milik sesamamu (mengingini istri, atau hamba laki-lakinya, atau hamba perempuannya, atau lembunya, atau keledainya, atau hartanya, atau apapun yang dipunyai sesamamu).

Samiri dan berhalanya

Sebelum Musa pergi ke bukit itu, beliau berjanji kepada kaumnya tidak akan meninggalkan mereka lebih 30 hari. Tetapi Nabi Musa tertunda 10 hari, karena terpaksa mencukupkan 40 hari puasa. Bani Israel kecewa dengan kelewatan Musa kembali kepada mereka. Ketiadaan Musa membuatkan mereka seolah-olah dalam kegelapan dan ada antara mereka berfikir keterlaluan dengan menyangka beliau tidak akan kembali lagi. Dalam keadaan tidak menentu itu, seorang ahli sihir dari kalangan mereka bernama Samiri mengambil kesempatan menyebarkan perbuatan syirik. Dia juga mengatakan Musa tersesat dalam mencari tuhan dan tidak akan kembali. Ketika itu juga, Samiri membuat anak sapi dari emas. Dia memasukkan segumpal tanah, bekas dilalui tapak kaki kuda Jibril ketika mengetuai Musa dan pengikutnya menyeberangi Laut Merah. Patung itu dijadikan Samiri bersuara.(Menurut cerita, ketika Musa dengan kudanya mau menyeberangi Laut Merah bersama kaumnya, Jibril ada di depan terlebih dulu dengan menaiki kuda betina, kemudian diikuti kuda jantan yang dinaiki Musa dan pengikutnya. Kemudian Samiri menyeru kepada orang ramai: “Wahai kawan-kawanku, rupanya Musa sudah tidak ada lagi dan tidak ada gunanya kita menyembah Tuhan Musa itu. Sekarang, mari kita sembah anak sapi yang diperbuatkan daripada emas ini. Ia dapat bersuara dan inilah tuhan kita yang patut disembah.”
Selepas itu, Musa kembali dan melihat kaumnya menyembah patung anak sapi. Ia marah dengan tindakan Samiri.
Firman Allah: “Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: wahai kaumku, bukankah Tuhanmu menjanjikan kepada kamu suatu janji yang baik? Apakah sudah lama masa berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki supaya kemurkaan Tuhanmu menimpamu, kerana itu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku.”
Musa bertanya Samiri, seperti diceritakan dalam al-Quran: “Berkata Musa; apakah yang mendorongmu berbuat demikian Samiri? Samiri menjawab: Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam tanah (bekas tapak Jibril) lalu aku masukkan dalam patung anak sapi itu. Demikianlah aku menuruti dorongan nafsuku.”
Kemudian Musa berkata: “Pergilah kamu dan pengikutmu daripadaku, patung anak sapi itu akan aku bakar dan lemparkannya ke laut, sesungguhnya engkau akan mendapat siksa.”

Keinginan Bani Israel melihat Tuhan

Umat Nabi Musa bersifat keras kepala, hati mereka tertutup oleh kekufuran, malah gemar melakukan perkara terlarang, sehingga sanggup menyatakan keinginan melihat Allah, baru mau beriman. Firman Allah: “Dan ingatlah ketika kamu berkata: Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedangkan kamu menyaksikannya. Selepas itu Kami bangkitkan kamu selepas mati, supaya kamu bersyukur.”

Sifat asli Bani Israil

Allah memberikan banyak nikmat kepada Bani Israel, antaranya dibebaskan daripada kezaliman Firaun, menjalani kehidupan di kawasan subur, mempunyai Taurat dan rasul di kalangan mereka, tetapi mereka tidak bersyukur, malah memberikan banyak alasan. Mereka juga membelakangi wahyu Allah kepada Musa supaya berpindah ke Palestina. Alasan diberikan karena mereka takut menghadapi suku Kan’an. Telatah Bani Israel yang pengecut itu menyedihkan hati Musa, lalu beliau berdoa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang fasik yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu.”
Hukuman Bani Israel yang menolak perintah itu ialah Allah mengharamkan mereka memasuki Palestina selama 40 tahun dan selama itu mereka berkeliaran di atas muka bumi tanpa tempat tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sehingga semuanya musnah. Palestina kemudian dihuni oleh generasi baru.
Bani Israel juga menghina rasul mereka, yang dapat dilihat melalui kisah sapi seperti dalam surah al-Baqarah: “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina. Mereka berkata; apakah kamu hendak menjadikan kami bahan ejekan...”

Pertemuan Musa dengan orang saleh

Ditengah-tengah khutbahnya Musa dihadapan Bani Isroil, ada salah seorang yang bertanya kepada Musa, dengan pertanyaannya, apakah ada manusia yang paling pandai saat ini. Musa hanya menjawab dialah orang yang pandai dimuka bumi ini. Dengan pernyataan Musa inilah Allah Maha Mendengar siapa yang berkata baik dengan diucapkan maupun tidak. Allah langsung menegur Musa dengan firmanNya," Wahai Musa, Aku mempunyai hamba yang lebih pandai dari kamu" Setelah Musa mendapat teguran Allah, dia sangat terkejut dan dengan tunduk berkata," Dimanakah kami dapat bertemu hambaMu yang lebih pandai dari aku". Kemudian Allah menjawab," Hamba-Ku bisa ditemui disuatu tempat yang disebut Majma Al Bahrain". Dari sinilah awal pencarian Musa untuk bertemu hamba Allah yang lebih pandai darinya yang kita kenal dengan Nabi Khidir.
Musa meninggal dunia ketika berusia 120 tahun, tetapi ada pendapat menyatakan usianya 150 tahun di Bukit Nabu’, tempat diperintahkan Allah untuk melihat tempat suci yang dijanjikan, yaitu Palestina, tetapi beliau tidak sempat memasukinya.

Kisah sepupu Musa